. . . :
Jama'ah Shalat Gerhana Hadanakumullah
Alhamdulillah segala puji dan keagungan hanya milik Allah semata, Berkat karunia-Nya di akhir Ramadhan 1444 H ini kita bisa menyaksikan gerhana matahari salah satu peristiwa langka yang dapat menjadi pengingat akan kemahakuasaan dan keagungan Allah SWT. Â Gerhana matahari terjadi pada saat ijtima' (konjungsi), yaitu ketika matahari, bulan dan bumi berada pada suatu garis lurus. Jenis gerhana ini adalah gerhana matahari hibrid atau sering dikenal dengan istilah gerhana matahari cincin-total. Â Sebagai seorang muslim peristiwa sudah mestinta bisa dijadikan sebagai sarana untuk melakukan intropeksi diri yang mampu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Â Allah berfirman:
 "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah mereka yang jika disebut nama Allah, gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhannya mereka bertawakal." (QS.al-Anfal: 2)
Jama'ah Shalat Gerhana Hafizhakumullah
Fenomena yang alamiah terjadi pada saat-saat tertentu di setiap tahun ini sering kali ditanggapi beragam oleh Sebagian masyarakat. Di antara mereka ada yang menghubung-hubungkan fenomena gerhana dengan kepercayaan-kepercayaan lokal yang tengah berkembang. Bahkan kejadian ini sering juga dikaitkan dengan kelahiran atau pun kematian seseorang, atau merupakan tanda akan terjadinya musibah yang akan menimpa penduduk setempat. Hal sebagaimana diungkapkan oleh Nabi:
  Â
""(Diriwayatkan) dari al-Mughirah bin Syu'bah ra., ia berkata: terjadi gerhana matahari pada masa Rasulallah saw. pada hari meninggalnya Ibrahim (putra Nabi saw.). Orang-orang berkata bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim. Maka Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak menjadi gerhana karena mati dan hidupnya seseorang, jika kalian mengalaminya maka berdoalah kepada Allah dan kerjakanlah shalat hingga selesai gerhana (HR. Bukhari & Musim)
Hadirin hadirat Jamaah Shalat Gerhana Hadanakumullah
Dari ungkapan sabda Nabi di atas memberikan penjelasan bahwa agama Islam yang bersifat rahmat lil 'alamin datang untuk meluruskan keyakinan-keyakinan yang berdasa mitos ke arah yang benar. Di dalam agama yang di bawa Nabi Muhammad saw. ini diajarkan bahwa keyakinan terhadap mitos-mitos tersebut adalah sesuatu yang batal, karena bulan dan matahari yang mengalami peristiwa gerhana merupakan bukti dari kemaha benaran Allah swt. yang menimbulkan seruan kepada kita untuk melakukan ibadah tertentu, yakni shalat gerhana.
Jumhur Ulama sepakat bahwa mendirikan shalat gerhana bulan hukumnya sunnah muakkadah, baik bagi laki-laki maupun perempuan, sedang di rumah (muqim) atau sedang bepergian (musafir). Namun menurut Imam Abu Hanifah, shalat gerhana matahari dihukumi wajib. Imam Malik sendiri menyamakan shalat gerhana matahari dengan shalat Jumat. Tentu kita tidak ingin mempertentangkan perbedaan ijtihad tersebut karena setiap ulama memiliki alasan dan dalil yang kuat.
Perintah shalat gerhana sesungguhnya terkandung sebuah pelajaran bahwa Allah ingin mengingatkan hamba-hamba-Nya yang masih terlena oleh masalah keduniaan. Perlu direnungkan, bahwa dunia ini berputar. Ada yang menciptakannya dan kemudian mengatur pola kerjanya. Ketika Allah menunjukkan bahwa Dia sudah menjadikan bumi berputar mengelilingi matahari dan bulanpun juga berputar, sudah Dia lah yang memastikan gerakannya---putaran itu bisa menutup dan bisa juga diberhentikan atas kehendak-Nya. Sehingga hamba-hamba-Nya yang sadar segera mengembalikan semua fenomena alam ini kepada Allah sebagai Dzat Yang Menciptakana dan Pengatur segalanya.
Jamaah Shalat Gerhana yang dirahmati AllahÂ
Al-Quran memandang bahwa alam bukanlah hal yang bermakna kecuali apabila ia dapat membantu manusia dalam memahami dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Al-Qur'an memberikan banyak petunjuk tentang kemampuan Allah SWT, salah satunya ada hubungannya dengan keberadaan di alam semesta ini. Keunikan dan kegunaan benda-benda angkasa, serta banyak fenomena alam yang terjadi di alam, tidak bisa lepas dari kekuasaannya atas dunia dan segala isinya. Adanya manusia diberi akal fikiran tidak lain sebagai anugerah yang diberikan untuk berfikir agar senantiasa bersyukur atas segala kuasa-Nya
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah." (QS. Fushilat:37)
Hadirin hadirat yang dimuliakan allahÂ
Melalui peristiwa gerhana matahari seperti sekarang ini, sesungguhnya Allah telah memperlihatkan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kita, agar kita masing-masing menjadi ingat dan sadar terhadap kemanusiaan  kita, dan menjadi insaf terhadap kemakhlukan  kita, dan menjadi lebih ingat terhadap  kehambaan kita. Karenanya tepat jika sedang terjadi gerhana Imam Nawawi dalam kitab syarah Muhadzab mendorong kita mempeerbanyak istighfar, sebagai bentuk tuabat dari maksiat, melakukan berbagai kebajikan, mengelurakan sedekah, membebaskan budak, muhasabah diri agar tidak lalai dari tipu daya syetan, memperbanyak doa, meminta ampunan dan dzikir lainnya.
Akhirnya mudah-mudahan peristiwa gerhana matahari yang terjadi di penghujung bulan Ramadhan ini semakin menambah kedalaman iman kita sebagai potensi ruhani menuju ketakwaan sebagai prestasi ruhani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H