Mohon tunggu...
Muklis Adp
Muklis Adp Mohon Tunggu... Penulis - Yakusa

yakin usaha sampai

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Masjid di Kala Pandemi sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Menekan Kasus Covid 19 sebagai Pusat Kegiatan Kemanusiaan

30 Juni 2020   13:07 Diperbarui: 30 Juni 2020   13:42 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS At-Taubah: 18).

Masjid adalah tempat ibadah umat Muslim, seperti shalat, berdzikir, bershalawat, dan majelis taklim. Tempat yang paling baik, mulia, aman dan nyaman.

Saat ini, COVID-19 menjadi hal yang menakutkan bagi seluruh manusia. COVID-19 telah menewaskan ratusan ribu orang dan telah menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Menurut data yang dikutip dari Center for Systems Science and Engineering (CSSE) of Johns Hopkins University, yang diunduh pada tanggal 25 Mei 2020 Pukul 14.00 WIB menyatakan, bahwa terdapat 5.410.439 kasus orang yang terinfeksi COVID-19 di seluruh dunia (188 negara), dan total kematian di seluruh dunia mencapai 345.105 kasus. Artinya, 6.4 % orang yang mati karena COVID-19. Sedangkan di Indonesia, orang yang terinfeksi COVID-19 saat ini sebanyak 22.271 kasus positif, dengan 1.372 kasus kematian. Artinya, kurang lebih 6.2% orang Indonesia mati karena COVID-19.

Nah, di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, kita tahu bahwasanya orang-orang diharapkan beribadah di rumah guna mencegah penyebaran kasus yang setiap harinya meningkat. Sehingga banyak masyarakat yang melakukan kegiatan peribadatan di rumah. Yang berarti Masjid menjadi sepi. Yang ingin penulis garis bawahi adalah bukan permasalahan masjid menjadi sepi, tetapi pemanfaatan masjidnya.

Ikatan Ahli Kesehatan Masyakat Indonesia atau yang kita kenal dengan IAKMI, di kala pandemi saat ini memberikan solusi yang diberi nama PARC-19 (Perang Akar Rumput COVID-19). PARC-19 yaitu sebuah sistem yang dibangun melalui pusat pemerintahan terkecil, yaitu Desa (bagi yang tinggal di kabupaten) dan Rukun Warga atau RW (bagi yang tinggal di kota) bekerjasama dengan tenaga kesehatan. Sistem ini mengutamakan pembangunan masyarakat berbasis komunitas (Community Base Development), seperti :

Pemberian informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),

Surveilans atau pemetaan wilayah yang berpotensi terjadinya penyebaran COVID-19,

Social/Physical Distancing atau menjaga jarak aman antar individu dan sosial masyarakat,

Karantina wilayah atau membatasi pergerakan wilayah yang termasuk zona merah, dan

Mitigasi ekonomi atau pengurangan dampak permasalahan ekonomi.

Di era teknologi seperti saat ini, Masjid mampu berperan dalam penanggulangan permasalahan pandemi. Kita tahu bahwa di setiap Desa atau RW memiliki Masjid/Mushola dan setiap hari dalam 5 waktu, kita mendengarkan kumandang adzan dengan menggunakan pengeras suara (speaker). Nah, seharusnya speaker Masjid/Mushola juga dapat menjadi media pemberitahuan massa, yang mana setiap orang diharapkan mendapatkan pengetahuan atau pemahaman kesehatan melalui speaker Masjid/Mushola.

Pemberian informasi ini dilakukan setiap hari dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyakarat. Selanjutnya, pengetahuan tersebut akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan perilaku mereka berubah. Hasil atau perubahan perilaku ini memakan waktu yang lama, namun perubahannya bersifat menetap dan langgeng. Karena didasari pada kesadaran mereka sendiri, bukan karena paksaan.

Masjid/Mushola juga bisa dijadikan sebagai tempat (posko) kesehatan publik, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Misalnya tempat untuk pertemuan (membahas perihal strategi penanggulangan pandemi di lingkungan) dan tempat istirahat para tenaga kesehatan dan tenaga medis yang melakukan pengecekan surveilans di lapangan.

Masjid/Mushola juga bisa dijadikan sebagai tempat pengumpulan dan penyaluran bantuan (donasi) dari masyarakat, oleh masyakarat dan untuk masyarakat. Dan untuk data masyarakat yang terdampak pandemi bisa didapatkan melalui Rukun Tetangga (RT) setempat.

Untuk itu, kegiatan ini harulah didukung penuh oleh pejabat setempat (RT, RW, Desa, Kelurahan) dan bekerjasama dengan pengurus Masjid/Mushola. Sehingga, dengan kerjasama yang baik ini dapat menjadikan masyarakat lebih peduli terhadap kesehatannya dan dapat merubah perilaku mereka yang kurang baik menjadi lebih baik lagi. Serta pandemi COVID-19 dapat ditangani dengan baik.

Dengan adanya kegiatan tersebut, kita dapat memahami apa yang mesti dilakukan oleh masyarakat di setiap wilayah. Penulis berharap, dengan adanya pemanfaatan Masjid/Mushola yang baik ini dapat menurunkan angka penularan atau penyebaran COVID-19. Dan diharapkan pula agar setiap Desa atau Rukun Warga (RW) melakukan kegiatan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun