Pemberian informasi ini dilakukan setiap hari dan berkelanjutan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyakarat. Selanjutnya, pengetahuan tersebut akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan perilaku mereka berubah. Hasil atau perubahan perilaku ini memakan waktu yang lama, namun perubahannya bersifat menetap dan langgeng. Karena didasari pada kesadaran mereka sendiri, bukan karena paksaan.
Masjid/Mushola juga bisa dijadikan sebagai tempat (posko) kesehatan publik, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Misalnya tempat untuk pertemuan (membahas perihal strategi penanggulangan pandemi di lingkungan) dan tempat istirahat para tenaga kesehatan dan tenaga medis yang melakukan pengecekan surveilans di lapangan.
Masjid/Mushola juga bisa dijadikan sebagai tempat pengumpulan dan penyaluran bantuan (donasi) dari masyarakat, oleh masyakarat dan untuk masyarakat. Dan untuk data masyarakat yang terdampak pandemi bisa didapatkan melalui Rukun Tetangga (RT) setempat.
Untuk itu, kegiatan ini harulah didukung penuh oleh pejabat setempat (RT, RW, Desa, Kelurahan) dan bekerjasama dengan pengurus Masjid/Mushola. Sehingga, dengan kerjasama yang baik ini dapat menjadikan masyarakat lebih peduli terhadap kesehatannya dan dapat merubah perilaku mereka yang kurang baik menjadi lebih baik lagi. Serta pandemi COVID-19 dapat ditangani dengan baik.
Dengan adanya kegiatan tersebut, kita dapat memahami apa yang mesti dilakukan oleh masyarakat di setiap wilayah. Penulis berharap, dengan adanya pemanfaatan Masjid/Mushola yang baik ini dapat menurunkan angka penularan atau penyebaran COVID-19. Dan diharapkan pula agar setiap Desa atau Rukun Warga (RW) melakukan kegiatan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H