Mohon tunggu...
Mukhtar Habib
Mukhtar Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Wartawan di salah satu Media Harian/Online. Penulis Ofisial PON XXI 2024. Penulis Novel.

Simpel dan sederhana. Berusaha berpikir positif akan sesuatu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mega Ruang Dimensi

5 Januari 2025   08:33 Diperbarui: 5 Januari 2025   08:58 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi Mega Ruang Dimensi. Foto: Mikhall NIlov/Pxels

Oleh: Mukhtar Habib

Kembali berdiri pada seisi hati

Melayang pada dimensi jutaan warna 

Tergagas dan terlatih dalam satu ruang harian 

Di sana Dia bukanlah aktor dalam impian para putri

Firasat selusuh mimpi yang mustahil bagi ku

Anatomi kepala ku berkata begitu, namun tidak hati ku

Hampir saja separuh jiwanya terbelah dua

Terdiagnosa mati sebelah, satu mawar dan satunya lagi melati

Sering pendengaran ku sering kabur 

Namun angin itu kembali menjelaskan

Bisikan 2 kata yang sama dengan makna yang berbeda jua

Sebising itu kah suasananya, memutar notasi dengan birama tak berketuk   

"Mega Ruang Dimensi" itu memaksanya untuk mengatakan kepada seluruh alam

Ini bukan meta tuan, sekali lagi ku katakan ini bukan meta

Mendalam alurnya tapi bukan seperti kisah  Jendral Tian Feng

"Deritanya  tiada akhir" kata pemeran itu di dalam serial Kera Sakti

Di Mega Ruang Dimensi ceritanya berbeda Tuan 

Laksana teruna tertusuk sebilah pisau 

Dibelah, dibedah isi hatinya 

Serasa sadis tapi bermakna seperti kata-kata sang pujangga itu, "Belah dada ku"

Ruang itu bagai taman ku, tempat mengekspresikan hati 

Merajuki anomali realitas cinta dari rasa suka atau candaan

Laku ku masih tenang, seperti air yang tergenang di danau luas

Dia selalu menertawai harapan, perihal mampunya belum sampai 

Dia tahu itu, tapi tak segalanya tahu tuan putri

Kalau kepincut, tak perlu melihat dari kejauhan seperti hantu

Tanpa harus sembunyi dalam ruang

Tapi nantilah dia semoga Ar-Rahman berkenan di sana


Medan, 5 Januari 2025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun