Suasana  hatinya terbakar amarah
Tertiup perlahan lalu ia tuliskan di lembar baru
Pena sendu ia terus menemaninya
Iya..., "Pena Sendu" mungkin istilahnya
Pena itu selalu menemaninya saatnya gundah maupun senang
Bagai air mata, tintanya jatuh ke ujung pena
Huruf demi huruf, kata demi kata mengukir sajak yang indah
Nelangsa cinta berbekal kehidupan warna polos apa adanya
Bukan pelangi yang memiliki keindahan warna di langit biru
Bumi pun tak sepadan dengan ituÂ
Namun semesta ini sudah begitu, selalu melukis canda dan tawa dengan lembar putihÂ
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!