By: Mukhtar Habib
Saat itu Jumat 6 Desember 2024
Pagi yang mencekam kala itu merobohkan atap rumah kami
Tangan besi meluluh lantahkan keadaan
Hancur semua, hancur semua Bapak
Atap ku tak lagi ada Bapak
Itu adalah warisan kakek nenek uyut kuÂ
Meski beratap seng karat di tepian sungaiÂ
Rumah itu adalah sejarah hidup kuÂ
Ku tahu salah bapak
Seandainya Lurah bertanggung jawab waktu itu bapak
Aku takkan seperti ini, terlelap diselimuti angin malam hingga fajarÂ
Bapak..., rasanya tak berarti tak sanggupÂ
Pitam ku rasuki pikiran ku, Aku menangisi nasib ku bapak
Bapak ..., tak ada lagi atap itu di atas kuÂ
Bapak ku sayang... Bapak ku sayang...
Aku tak tahu apa yang akan terjadi besok lagi
Pikiran ku kalut, merana jiwa ku
Asa  ku hilang semangat ku rubuh bersama atap itu
Berharap tak ada kepalsuan atas itu
Hidup ku yang pilu, Â kenangan ku dikubur orang
Kini sudah 1 minggu lamanya tepat pada hari yang samaÂ
Atap rumah tempat teduh ku sudah tak ada lagi
Ku tak tahu di mana lagi tempat bersandar
Satu yang ku pinta, sewa setahun untuk 6 keluarga bapak
Medan, 12 Desember 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI