Bahwa manusia itu adalah makhluk yang memiliki bentuk paling sempurna. Pada diri kita ada tumbuhan yang hidup, hewan yang ikut hidup. Kita juga terdiri dari air, api, udara, dan tanah.
Maka setiap kita melihat alam raya. Selalu saja ada korelasinya dengan diri kita sendiri.
Ketika kita melihat tumbuhan yang memiliki daya metabolisme yang sempurna dan otomatis. Begitu pula dengan tubuh kita yang memiliki metabolisme tertentu yang tanpa sadar semua itu bekerja layaknya tumbuhan.
Apalagi ketika melihat hewan. Manusia maupun hewan sama-sama memiliki metabolisme juga bergerak. Memiliki nafsu yang mendorong untuk melakukan sesuatu dan melakukan perubahan.
Dengan bantuan tumbuhan maupun hewan mikro di tubuh pula kita hidup. Kita mengetahui bagaimana bakteri membantu pembusukan makanan. Bagaimana sel-sel dalam tubuh membentuk jaringan serta memenuhi seluruh organ tubuh sehingga manusia mampu mengolah makanan, udara, dan bergerak dengan begitu merdeka.Demi keseimbangan tubuh juga kita memerlukan zat-zat yang membentuk alam. Seperti zat kapur untuk menjaga kesehatan tulang, oksigen untuk membakar makanan, dari sana makanan menjadi energi panas yang menjadikan tubuh bisa bergerak.
Mungkin keseimbangan yang perlu dijaga ini sebagaimana Rasulullah sabdakan:
«سمعت المقدام بن معدي كرب الكندي قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "ما ملأ ابن آدم وعاء شرًّا من بطن، حسب ابن آدم أُكُلات يقمن صلبه، فإن كان لا محالة، فثلث لطعام، وثلث لشراب، وثلث لنفسه"» رواه الترمذي «منحة العلام في شرح بلوغ المرام» (10/ 182)
Artinya: "...Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah Seorang Anak Adam pun mengisi wadah yang lebih buruk daripada perutnya, kecuali sekedar makanan-makanan itu untuk menegakkan tulangnya saja. Apabila ia tak sanggup, maka buatlah sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum, dan sepertiga untuk nafasnya" (HR. Tirmidzi, dari Kitab Minhatul 'Alam fi Syarh Bulughul Maram)
Semua ini menjadi alasan bagi manusia sebagai mikrokosmos diberi amanah untuk mengatur makrokosmos (akan semesta) sedemikian rupa, sesuai sang pencipta perintahkan.
Dari pengetahuan tentang jagat alit inilah hendaknya manusia sadar. Meskipun tidak ada manusia yang sempurna. Akan kesempurnaan manusia sebagai makhluk paling sempurna, merupakan sesuatu yang mesti diyakini. Sehingga tidak ada lagi manusia yang merasa rendah.
Rendah hati tidak mesti mengerdilkan diri. Kalau dihadapkan Tuhan iya, itu jelas. Akan tetapi di hadapan sesama manusia apalagi makhluk lain, keyakinan ini tidak boleh lepas. Karena apabila kita tidak menyadari anugerah ini, akan bagaimana kita mensyukurinya kemudian percaya diri.
Kewajiban untuk menjaga jagat tidak akan terjalankan apabila manusianya merasa rendah, hina, lalu ia hanya mengharap bantuan Tuhan. Padahal bekal dari Tuhan telah diberikan dengan sebegitu lengkapnya.