Dikatakan modern karena mengenal klasifikasi kelas, menggunakan meja seperti pendidikan Belanda saat itu, dan tidak banyak berkutat pada kaidah bahasa Arab.
   Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam yang digunakan oleh Ustadz Abdullah ialah kombinasi antara keduanya. Meskipun para santri dan saksi hidupnya, seringkali lebih suka menyebutnya dengan metode ala Al-Azhar.
Implementasi Pendidikan Bahasa Arab ala Ustadz Abdullah oleh KH. Muhammad Khudri
KH. Muhammad Khudri merupakan penengah dari Yayasan Pendidikan Islam Pacet (YAPIP) yang kemudian setelah terjadi fragmentasi merupakan sesepuh dari YAPIP. Oleh karena itu perannya dalam Pendidikan Bahasa Arab di Yayasan sangatlah sentral. Sehingga masyarakat terkhusus ulama sekitar sering menjulukinya dengan panggilan "Uwa" (sebutan untuk kakak dari Ayah dalam budaya Sunda). Selain karena ketokohannya, panggilan Uwa Ajengan (Ajengan adalah istilah kyai dalam tatar sunda) atau Uwa Khudri sebenarnya lahir dari keponakan-keponakannya yang sangat banyak sehingga menjadi populer.
Dalam mengajarkan bahasa Arab, Uwa seringkali mengajarkannya secara tidak langsung (tanpa disadari). Beberapa cerita bagaimana beliau mengajarkan Bahasa Arab yang dapat penulis rangkum ialah sebagai berikut:
- Setiap kali terjadi perdebatan di masyarakat, beliau tidak mau menjawab pertanyaan melainkan mengajak mereka untuk membuka kitab bersama. Diantara kisah yang terkenal ialah polemik qunut dalam salat subuh, melafalkan niat sebelum salat, dan membaca sayyidina dalam tahiyyat. Orang yang bertanya selalu diajak untuk bersama-sama membaca kitab perbandingan madzhab seperti madzahibul 'arba'ah, dan bidayatul mujtahid. Hanya saja, metode membaca kitab yang beliau gunakan tidaklah menggunakan kode-kode logatan sebagaimana biasa dipraktikkan oleh pondok-pondok salaf.
- Terkadang beliau menyapa santri dengan bahasa Arab secara mendadak. Ketika berada di sekitar tumpukan pasir, beliau bertanya kepada santrinya:
:
:
:
:
- Pada mata pelajaran "lughah", beliau mengajarkannya dengan cara ima' (dikte). Sehingga setiap santri memiliki catatan. Berikut ini salah satu dokumen catatan santri beliau:
 Â
- Di lingkungan keluarga, beliau mengajarkan bahasa Arab pada anak-anaknya semenjak balita. Diceritakan oleh narasumber bahwa setiap menunggu matangnya nasi di tungku pembakaran (hawu). Beliau menggambar berbagai hal mulai dari hewan, makanan, kemudian di bawah gambar tersebut diselipkan huruf hijaiyyah berbahasa Sunda.
- Apabila ada orang yang meminta nasihat, atau anak-anaknya mengalami emosi tertentu. Beliau menyampaikan sya'ir. Beliau menyampaikannya tanpa menggunakan 'arudh (lagu sya'ir) akan tetapi mengikuti intonasi makna yang terkandung. Contoh nasihat berupa syair masyhur yang disampaikan beliau oleh narasumber:
#
Ilmu itu musuh bagi penuda yang angkuh # Layaknya arus deras musuh bagi tempat yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H