Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cianjur, 21 November 2022

14 Desember 2023   01:44 Diperbarui: 14 Desember 2023   01:56 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Longsoran kedua, jabar.pojoksatu

Sedikit demi sedikit keretakan bangunan terlihat bertambah. Sinyal internet maupun biasa saat itu sangatlah lemah. Terlihat raut-raut penantian dari orang-orang yang terjebak hujan. Mereka menunggu kabar keluarganya yang ada di seberang jalur yang tertutupi longsor.

Istri kakakku juga terjebak di angkot, di tengah macet parah itu. Ia ingin segera bertemu dengan anak semata wayangnya yang belum ada informasi terkait keadaannya. Aku juga ikut panik, karena harus menjemput kakak ipar yang terjebak di tengah kemacetan parah dan mulai ramainya sirine ambulan yang berdatangan dari arah Jakarta.

Setelah ada informasi bahwa kakak iparku kembali lagi ke Cipanas, barulah Aku memaksakan diri menuju lokasi longsoran. Menerobos pembatas jalan yang memang hanya bisa di lewati motor hingga batas berikutnya yang berjarak sekitar dua kilometer dari longsoran. Di sinilah pemandangan yang tak terbayangkan sebelumnya terjadi.

Sesudah melewati dua kelokan tajam dengan berjalan, di sanalah Aku bermusyahadah pada apa yang disebut longsor. Timbunan tanah yang menutupi jalan besar sekitar dua meter setengah dengan tinggi tanah hampir tiga meter lebih. Telah dijaga ketat oleh aparat kepolisian, TNI, dan SAR. Terlihat di ujung atas sumber longsoran, tanah sisa longsoran masih berguguran.

Kondisi Longsoran Pertama sedang dievakuasi. Liputan6.com
Kondisi Longsoran Pertama sedang dievakuasi. Liputan6.com

Titik Longsoran Jalur Puncak-Cianjur setelah diperbaiki. Kumparan.com
Titik Longsoran Jalur Puncak-Cianjur setelah diperbaiki. Kumparan.com

Kemudian, setelah beberapa menit menunggu izin dari aparat untuk melewati longsoran, akhirnya Aku menaiki timbunan tersebut sambil melepas alas kaki. Tanah yang dilewati masih terasa hangat. Terbayang ada banyak korban tertimbun yang terpaksa harus di lewati oleh kaki. Aku tahu bahwa asalnya, di bawah timbunan itu terdapat banyak warung kopi. Tempat di mana para sopir truk biasa beristirahat untuk makan siang.

Baru seperempat jalan di atas timbunan, polisi memerintahkan yang melewati timbunan agar lari. Terlihat tanah mulai bergerak kembali memang. Apalagi gempa susulan masih terus terjadi. Baru selesai melewati satu timbunan, ternyata di depan ada lagi timbunan longsor. Tak jauh dari tempat longsoran pertama.

Longsoran kedua, jabar.pojoksatu
Longsoran kedua, jabar.pojoksatu

Setelah berhasil melewati longsoran, orang-orang dari arah lalu lintas sebaliknya terlihat berjajar. Seperti halnya rombongan dari arah aku datang, pun mereka hendak pulang dari kota menuju kampung halamannya yang berada di balik longsoran. Sedangkan di tempat itu pula, gempa terasa lebih dahsyat. Sedangkan jalan alternatif via Jonggol dikabarkan sudah mulai sesak oleh kendaraan bantuan dari Jakarta.

Sirine kendaraan bantuan dari arah Bandung, ambulan RS Kabupaten, dan polisi bergemuruh seperti suara lebah. Semua berusaha mengevakuasi warga yang terluka, berada di pusat gempa, dan yang meninggal dunia ke daerah aman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun