Penulis puisi bekerja dengan perasaan dalam melahirkan sebuah puisi. Perasaan- perasaan itu diracik dengan gaya dan balutan diksi yang mewakili perasaannya. Objek -objek puisi berterbaran dalam konteks kehidupan manusia.
Untuk mengambil objek dalam bentuk ikonik membutuhkan kepiawaian sang penyair. Sumber utama pengabdian penyair adalah gejolak batin yang meledak letup.
Pemotretan objek ikonik dalam bentuk ide dilakukan penyair dengan penuh selidik dan sikap apik dan bernuansa, sehingga menghasilkan karya imajinatif yang bernilai tinggi.Â
Selain mengabdi pada batin, penulis puisi juga mengandalkan inspirasi sebagai sumber dalam menyampaikan kritikan, pesan kepada pembaca. Inspirasi dalam menulis puisi seperti Ilham yang turun dari langit singgah sebentar di jiwa penulis.
Hal ini  berlangsung begitu cepat laksana petir menjilat malam, setelah itu berlalu begitu saja. Untuk menampung inspirasi yang datang, seorang penyair memerlukan ketelitian dan wadah yang tepat. Puisi sebagai wadah utama merupakan  sebuah bentuk dan bahasa yang rumit.
Ketelitian penyair dalam menuangkan inspirasi dalam balutan aksara yang indah tidak hadir begitu saja. Seorang penyair profesional tidak pernah sedetikpun membiarkan inspirasi luput dari pikirannya.
Mengingat inspirasi datang tidak beraturan waktu dan jarak, maka sang penyair harus sigap dan telaten. Selanjutnya perenungan yang sering dilamunkan penyair juga dapat menghasilkan puisi. Biasanya puisi ini sering bertemakan ketuhanan.Â
Perenungan seorang hamba (penyair) terhadap keberuntungan, takdir dan penyerahan diri kepada Tuhan ditumpahkan oleh penyair dalam wujud puisi.  Kelebihan penyair dalam konteks ini adalah penyair mampu mrnembus ruang dan waktu, menghapus sekat antara penulis dengan  Dia sang penggenggam  alam.
2. Â Parktisi dan Akademisi
Seperti halnya praktisi dan akademisi yang berbeda arti dan penerapannya dalam kehidupan. Namun praktisi dan akademisi adalah dua hal yang seharusnya  berkorelasi dan melengkapi.Â
Kenapa dibilang saling melengkapi ,  sebagai contoh para pekerja yang memang  diperbekali dengan ilmu secara akademis merupakan sebuah bukti kelengkapan yang selaras antara akademisi dan praktisi .Â