Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Eksistensi Dewan Hakim Cipta Puisi pada Sebuah Event

13 April 2024   11:00 Diperbarui: 13 April 2024   11:27 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar: Pixabay 

Penulis puisi bekerja dengan perasaan dalam melahirkan sebuah puisi. Perasaan- perasaan itu diracik dengan gaya dan balutan diksi yang mewakili perasaannya. Objek -objek puisi berterbaran dalam konteks kehidupan manusia.

Untuk mengambil objek dalam bentuk ikonik membutuhkan kepiawaian sang penyair. Sumber utama pengabdian penyair adalah gejolak batin yang meledak letup.

Pemotretan objek ikonik dalam bentuk ide dilakukan penyair dengan penuh selidik dan sikap apik dan bernuansa, sehingga menghasilkan karya imajinatif yang bernilai tinggi. 

Selain mengabdi pada batin, penulis puisi juga mengandalkan inspirasi sebagai sumber dalam menyampaikan kritikan, pesan kepada pembaca. Inspirasi dalam menulis puisi seperti Ilham yang turun dari langit singgah sebentar di jiwa penulis.

Hal ini  berlangsung begitu cepat laksana petir menjilat malam, setelah itu berlalu begitu saja. Untuk menampung inspirasi yang datang, seorang penyair memerlukan ketelitian dan wadah yang tepat. Puisi sebagai wadah utama merupakan  sebuah bentuk dan bahasa yang rumit.

Ketelitian penyair dalam menuangkan inspirasi dalam balutan aksara yang indah tidak hadir begitu saja. Seorang penyair profesional tidak pernah sedetikpun membiarkan inspirasi luput dari pikirannya.

Mengingat inspirasi datang tidak beraturan waktu dan jarak, maka sang penyair harus sigap dan telaten. Selanjutnya perenungan yang sering dilamunkan penyair juga dapat menghasilkan puisi. Biasanya puisi ini sering bertemakan ketuhanan. 

Perenungan seorang hamba (penyair) terhadap keberuntungan, takdir dan penyerahan diri kepada Tuhan ditumpahkan oleh penyair dalam wujud puisi.  Kelebihan penyair dalam konteks ini adalah penyair mampu mrnembus ruang dan waktu, menghapus sekat antara penulis dengan  Dia sang penggenggam  alam.

2.  Parktisi dan Akademisi

Seperti halnya praktisi dan akademisi yang berbeda arti dan penerapannya dalam kehidupan. Namun praktisi dan akademisi adalah dua hal yang seharusnya  berkorelasi dan melengkapi. 

Kenapa dibilang saling melengkapi ,  sebagai contoh para pekerja yang memang  diperbekali dengan ilmu secara akademis merupakan sebuah bukti kelengkapan yang selaras antara akademisi dan praktisi . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun