Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Sastra Melayu Klasik: Konsep, Ciri-ciri, dan Jenis

8 Maret 2024   16:11 Diperbarui: 8 Maret 2024   16:13 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

Secara etimologis, kata kesusasteraan berasal dari kata dasar susastra. su berarti baik, dan sastra, yang berasal dari bahasa Sansekerta: castra berarti bahasa. Semula kesusasteraan secara sempit diartikan sebagai tulisan atau karangan yang indah bahasanya.

Dalam perkembangannya, kesusasteraan diartikan sebagai hasil ciptaan (ekspresi jiwa) manusia yang dilahirkan dengan bahasa, baik secara tulisan maupun secara lisan, yang dapat menimbulkan rasa keindahan.
Sampai saat ini, pemberian pengertian terhadap kata sastra masih terus berlangsung. Jika kita baca, antara pakar yang satu dengan yang lainnya telah memberi batasan pengertian sesuai dengan perspektif masing-masing.

Fajri (1986: 735) yaitu bahasa yang dipakai dalam tulisan, karya tulis yang memiliki nilai sastra. Hal ini berarti, sastra memang menyiratkan hal yang baik atau hal yang indah, aspek kebaikan atau keindahan tersebut tentu saja akan sempurna jika memuat masalah kebenaran.

Kebenaran dalam sastra hendaknya dikaitkan dengan nilai-nilai yang ingin disampaikan pengarangnya. Nilai-nilai inilah yang mampu membawa pembaca menikmati suatu hasil karya sastra sebagai sesuatu yang baik dan indah.

Dalam masa perkembangannya di tengah eraglobalisasi, sastra memiliki multi fungsi. Sastra tidak hanya berperan sebagai teman dikala suntuk saja, tetapi keberadaannya harus memberi arti lebih. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Alwi (2002:235) bahwa dalam eraglobalisasi sastra mendorong dan menumbuhkan nilai-nilai positif bagi manusia, nilai-nilai positif yang dimaksudkan yaitu suka menolong, beriman, berbuat baik, dan sebagainya. 

Selanjutnya, sastra berperan sebagai pemberi pesan kepada manusia, terutama kepada pemimpin, agar menjadi pemimpin yang diharapkan masyarakat. Peran sastra yang lain di tengan eraglobalisasi yaitu mengajak orang untuk bekerja keras serta merangsang munculnya watak-watak pribadi yang tangguh dan kuat menghadapi terpaan zaman.

 Uraian di atas  menunjukkan bahwa karya sastra apapun bentuknya, baik puisi, prosa, dan drama, pada dasarnya merupakan rekaman peristiwa alam yang diabadikan oleh pengarang dalam sebuah tulisan.  

Keberadaannya memiliki segi kebaikan dan keindahan yang berupa muatan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (pembaca), Sastra mendorong orang untuk memiliki moral yang baik dan luhur  dalam menjaga  kelestarian nilai-nilai dalam masyarakat.

Tugas seorang pengarang adalah  menyusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan karya yang menarik beserta manfaatnya. Berdasarkan kebermanfaatan sebuah karya sastra, Sumardjo (1991:9) mengatakan bahwa membaca karya sastra juga menolong pembacanya menjadi manusia yang berbudaya (cultured man).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun