Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Terjebak Status Sosial: Golongan Ekonomi Menengah Susah Menjadi Kaya

3 Maret 2024   14:39 Diperbarui: 3 Maret 2024   18:21 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Mukhlis,S.Pd.,M.Pd.

Menjadi Pegawai Negeri Sipil ( PNS) adalah sesuatu yang diimpikan oleh setiap orang yang ada di negeri ini.. Hampir semua orang tua mengharapkan agar  suatu hari kelak anaknya bisa  bekerja di pemerintahan dengan status Pegawai Negeri Sipil ( PNS). 

Menurut mereka ,menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sesuatu profesi yang menyediakan jaminan hidup dalam waktu yang berkepanjangan. Bahkan sampai ke.anaknya setelah mereka masuk masa pensiunan.

Namun, hal ini. berbeda sekali dengan kondisi sesungguhnya. Betul memang untuk jaminan hidup dan kebutuhan hidup serta jaminan kesehatan sudah disediakan.

Akan terapi, ketika ditilik lebih jauh banyak di antara mereka yang hidupnya pas -pasan.. Untuk menutupi kebutuhan berbagai biaya termasuk pendidikan anaknya tidak jarang mereka harus.bekerja semerautan.

Jika dikaji lebih jauh seseorang yang berstatus Pegawai Negeri Sipil   PNS)  mengalami dilema dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari- hari. Sepintas memang kelihatan mewah , karena gaji mereka lebih duluan dibayar sebelum bekerja.

Dalam amatan penulis ternyata mereka yang berstatus PNS apapun jabatannya, pangkat dan golongan kalau dihitung gaji pokok yang mereka miliki sedikit lebih tinggi di atas Upah Minimum Regional  (UMR). Jika melihat lebih dalam untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang baru mulai berkarier  memiliki gaji pokok  sama persis  dengan UMR.

Kemudian muncul pertanyaan untuk menimpali hal di atas,"  Mereka kan punya berbagai tunjangan?" Untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS)  yang bukan eselon tentu tunjangannya  juga tidak banyak- banyak amat,  seperti orang yamg berkerja di  perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara ( BUMN)

Sebenarnya mereka para Pegawai Negeri Sipil (PNS) menganut pola pembangunan semasa Orde Baru yaitu Rencana Pembangunan Lima Tahun ( Repelita). Artinya sejak diangkat  menjadi  Pegawai Negeri Sipil (PNS), lima tahun pertama mereka mengambil kredit bank.umtuk membeli rumah. Setiap penghasilan yang didapat dari gaji sebagai  Pegawai Negeri Sipil (PNS) langsung dipotong oleh pihak bank selaku pemberi kredit.

Lima tahun kedua,  para Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini kembali lagi ke bank  memperpanjang kredit untuk membeli kendaraan atau kebutuhan lainnya yang mendesak . Begitu seterusnya sampai lima tahun kemudian mereka melakukan renovasi  rumah yang belum rampung. 

Waktu terus berjalan, anaknya masuk perguruan tinggi,  lagi -lagi para  Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini terus saja berurusan  dengan pihak bank untuk menutup kebutuhan hidup dan keluarganya. 

Secara umum, mereka termasuk golongan.menengah dengan gaji yang standar. Pertanyaannya mengapa mereka yang  sudah ada jaminan hidup seperti  Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak bisa menjadi kaya? Untuk menjawab hal tersebut penulis akan mengulas beberapa faktor yang membuat mereka selalu berkeluh -kesah dalam menghadapi hidup,  padahal gajinya dibayar secara teratur. 

Terlalu Konsumtif dalam Menjalani Kehidupan

Salah satu ciri negara berkembang di dunia ini adalah setiap masyarakat menganut pola hidup yang konsumtif. Pola hidup ini adalah suatu kebiasaan masyarakat yang suka mengonsumsi segala produk luar dan dalam negeri. 

Bagi mereka segala sesuatu dapat dibeli dengan menggunakan rupiah. Tidak ada nilai kreativitas yang dimiliki oleh masyarakat tersebut agar segala sesuatu tidak selalu  dibeli. 

Mereka yang menganut konsep seperti ini.umumnya  lebih mengutamakan status sosial. Asalkan mereka dipandang dan terpandang dalam hidup, uang bukan segalanya. Akan tetapi,  mereka tidak sadar bahwa tanpa uang segalanya tidak ada. 

Pola hidup konsumtif ini banyak dimiliki oleh mereka yang berstatus sebagai  Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tidak jarang mereka terjerumus dalam korupsi,  ketika diberi jabatan tertentu. 

Tidak sedikit dari mereka mengambil dana di bank untuk kebutuhan bisnisnya. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan berbisnis yang dimiliki. Banyak juga yang tidak memahami secara detail tentang bisnis, mereka terjebak dalam siklus hitam sehingga bangkrut.

Walupun sudah bangkrut, uang cicilan per bulan tetap dipotong oleh pihak bank sampai batas waktu yang sudah disepakati. Akhirnya, mereka tetap berkerja tanpa gaji, karena sudah dipotong setiap bulan oleh pihak bank.

Tidak Memiliki Kegiatan Tambahan,  Selain Kerja di Pemerintahan

Sebagai individu yang sudah mempunyai penghasilan tetap walaupun masih berada pada tingkat menengah. Sebaiknya mereka dapat memanfaatkan kondisi seperti itu untuk menjadikan dirinya kaya.  Apabila hal ini berhasil dilakukan , mereka dapat membuka peluang kerja bagi orang lain. 

Oleh karena itu,  para  Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus memiliki  beberapa kegiatan  yaitu aktif income, pasif Incame dan aktif- pasif income . Aktif income, artinya mereka harus berkerja secara aktif baru dapat menghasilkan uang. 

Hal ini sesungguhnya sudah dimiliki oleh para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pekerja lain yang termasuk golongan ekonomi menengah. Namun,  mereka tidak bisa memanfaatkan dan mengelola penghasilan setiap bulan sehingga  merasa susah dalam menhadapi hidup. 

Selanjutnya  pasif Income artinya, seseorang tidak perlu berkerja siang dan malam untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Akan tetapi,  dengan memiliki usaha dan marketing yang bagus mereka dapat menggunakan pihak atau orang lain berkerja untuk dirinya. 

Dalam konteks ini yang terpenting adalah dana yang dibayar dari gaji bisa dikelola untuk usaha tertentu ,ini akan  menjadikan mereka berkembang dalam berusaha sampai berubah status sosial dari menengah menjadi kaya.

Selanjutnya, sistem aktif - pasif Income, artinya pemasukan   secara bersamaan antara keaktifan kerja dan pemasukan lain yang menambah pundi-pundi rupiah.. 

Apabila ini bisa dikelola secara baik dengan manajemen yang bagus akan memberikan  tingkat kesejahteraan dalam hidup.   Hal ini akan memberikan peningkatan terhadap satus dalam kehidupan masyarakat mulai dari status ekonomi menengah menjadi orang kaya. 

Dipandang sebagai Orang Berkelas dalam Kehidupan Masyarakat.

Mereka yang tergolong kelompok menengah secara ekonomi dipadang sebagai individu yang berkelas atau berkasta dalam lingkungan masyarakat. Ketika hal itu terjadi mereka seringkali abai dari berbagai program Bantuan  Sosial ( Bansos) yang dianggarkan pemerintah. Kebanyakan dari mereka tidak menikmati hal tersebut. 

Pada saat penjaringan data untuk Bantuan Sosial  ( Bansos) yang diberi pemerintah , nama mereka lebih duluan dijauhkan oleh pengurus. Ketika ditanya " Kenapa mereka dikeluarkan dari data penjaringan Bantuan Sosial ( Bansos)?." Dengan gamblang pengurus bansos tingkat desa menjawab bahwa mereka itu Pegawai Negeri Sipil (PNS)  dan orang kaya. 

Inilah buah simalakama yang dihadapi oleh orang yang memiliki ekonomi menengah, apapun profesi yang dimiliki. Mereka sudah dinaikkan status sosial lebih tinggi satu tingkat di atas penghasilan yang dimiliki. 

Akan tetapi ada lagi permasalahan aneh dan lucu yang.berkembang. Pada saat pengumpulan dana atau sumbangan untuk berbagai kegiatan,  baik musibah atau pembangunan apa saja yang ada di desa. Dalam hal ini mereka dijadikan prioritas untuk dimintai sumbangan,  padahal kondisi hidupnya seperti menambal kain lapuk.

Simpulan 

Inilah kondisi real dalam.kehidupan,  kenapa orang yang termasuk golongan ekonomi menengah tidak bisa menjadi kaya . Terlepas apapun profesi yang dimiliki baik sebagai pekerja pemerintah , maupun sebagai wiraswasta. Oleh karena itu,  inti permasalahan adalah mereka terjebak pada status sosial  yang menghalang untuk menjadi orang kaya.

Penulis adalah Pemimpin Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun