Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Gaung Kampanye Caleg Tergerus Capres-Cawapres

29 Januari 2024   10:13 Diperbarui: 29 Januari 2024   10:46 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribunmuria.com/Hanes Walda

Program- program yang telah disalurkan melalui aspirasi ketika mereka menjabat telah menjadikan sebagai kontrak politik yang terselubung. Walupun  mereka melaksanakan program pemerintah, akan tetapi di tangan merekalah rakyat bisa menikmati  dana pembangunan yang dianggarkan.

Permasalahan ini telah menjadikan  "Politik Balas Budi" antara caleg dengan  masyarakat pada setiap daerah pemilihan.  Kunjungan - kunjungan yang dilakukan oleh anggota dewan pada saat reses telah memperpanjang masa aktif bagi mereka  di masa yang akan datang. Artinya, para caleg membutuhkan waktu, tenaga, dan dana yang cukup untuk bertahan atau naik tingkat pada  keanggotaan selanjutnya. 

Janji Palsu Para Caleg Menggerus Kepercayaan 

Setiap calon legislatif  (caleg) pasti memiliki  visi dan misi yang disampaikan kepada  konstituen dalam setiap pemilu. Visi -misi tersebut biasanya  dalam  jangka panjang selama lima tahun ke depan.Namun,  pengalaman para konstituen selama ini banyak janji diucapakan tidak logis dan  tidak sesuai harapan masyarakat. 

Janji yang diberikan  oleh setiap caleg,   setelah dianalisis banyak yang tidak logis. Janji- janji  di luar kewajaran ditulis pada panji- panji yang dipasang di pinggir jalan. Ada juga janji yang diberikan  bukan dalam kapasitasnya selaku calaon  legislatif (caleg). 

Apalagi kadang janji yang diberikan bersentuhan dengan kebijakan nasional.  Para caleg yang memberikan janji   seperti itu daerah pemilihannya berada pada level kabupaten/kota ( ini sesuatu yang tidak mungkin terwuhud). Kalau Ia terpilih para konstituen akan menagih janji tersebut. 

Mengacu pada janji yang dipasang pada panji -panji politik banyak yang membuat masyarakat tergelitik. Mereka tidak sadar bahwa janji yang diberikan akan ditagih pada saat Dia terpilih. 

Kemudian ada lagi caleg yang mengganggap janji -janji  politik hanya sebagai rakit untuk menuju seberang. Pada saat Ia sampai di darar rakit tersebut ditinggalkan begitu saja. Setelah menjadi anggota dewan Dia akan diam seribu bahasa. Lima tahun kemudian saat pemilu datang memyapa Ia akan bertandang menjual "lagu lama yang.memggoda"

Simpulan:

Melihat perkembangan akhir- akhir ini bahwa pemilihan capres dan cawapres lebih familiar   dalam kehidupan masyarakat daripada pemilihan caleg.  Bagaimanapun kondisinya baik berhubungan dengan pelaksanaan maupun dengan  figur yang ditampilkan. Seharusnya kedua momen tersebut mendapat tempat  yang sama dalam  dalam kehidupan masyarakat. 

Sebagai pemimpin yang akan mengelola negeri pada bidang yang berbeda yaitu ekskutif dan yudikatif harus menjadi prioritas  di mata masyarakat. Kepada para caleg,  hal  ini harus dijadikan evaluasi ke depan terutama pada waktu menyampaikan janji dan visi -misi sebelum menjadi anggota dewan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun