Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Gaung Kampanye Caleg Tergerus Capres-Cawapres

29 Januari 2024   10:13 Diperbarui: 29 Januari 2024   10:46 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trend  ini membuktikan bahwa, masyarakat masih menaruh harapan pada  pemilihan capres- cawapres tersebut. Selanjutnya, figur dan geografis yang  menjadi topik  dalam pemilihan caleg sangat berbeda.

Secara geografis, masing -masing daerah  memiliki figur yang ikut kompetisi pada pemilihan calon legislatif ( Pileg)  untuk mendapatkan kursi sebagai anggota DPR baik' tingkat kabupaten/ kota, provinsi maupun nasional. Masing- masing figur merebut hati konstituen di daerah dengan caranya masing - masing.

Hal di atas akan berbeda dengan pemilihan capres- cawapres.  Dalam konteks pemilihan ini figur yang dipilih menjadi pusat perhatian masyarakat. Ketika  figur tersebut sudah menyita perhatian masyarakat dengan sendirinya figur tersebut menjadi virus aktual ( virtual) di setiap media.

Setiap figur  capres -cawapres  yang menjadi pusat perhatian publik  diikuti secara nasional oleh masyarakat . Apalagi para publik figur tersebut terkenal dekat dan bersahaja di media sosial. 

Apabila dibandingkan dengan tokoh yang mengikuti pemilihan calon legislatif  (caleg) pada semua tingkat hal ini tidak akan sebanding. Bahkan, mereka calon legislatif (caleg)  yang ada di daerah menjadikan capres -cawapres sebagai branding untuk.ikut kompetisi. Ini banyak dijumpai pada baliho- baliho yamg dipasang di pinggir jalan . Foto -foto  capres - cawapres disandingkan dengan foto calon legislatif (caleg)

Pada pemilu yamg dilaksanakan secara serentak ,  brand  ini seringkali didapati  dalam kehidupan demokrasi. Pertanyaannya mengapa hal ini bisa terjadi?

Pengolala partai politik tidak melkukan   kaderisasi secara  sistematis, sehingga partai politik terkesan tidak siap  ikut kompetisi.

Kadang -kadang masyarakat terkejut dan bertanya,  tiba- tiba orang yang   "Selama ini biasa saja dan tidak populer  kini menjadi luar biasa ", saat ini sudah terpampang fotonya di baliho. Pada foto tersebut bertuliskan " Mohon Doa dan Dukungannya" Ini suatu  hal aneh ketika  seorang muncul secara spontanitas untuk dipilih jadi perwakilan rakyat. 

Tokoh -tokoh yang muncul secara mendadak seperti jamur di musim hujan,  membuat masyarakat jengah terhadap hal ini.   Dahulu,  setiap calon yang ingin ikut pada pemilihan legislatif sudah dibina dan dikaderisasi secara berjenjang.  Proses  ini telah mendewasakan dan menjadikan calon tersebut dikenal dalam kehidupan masyarakat. 

Sselanjutnya, dampak yang muncul dari penyelenggaraan  pemilihan  umum (Pemilu) secara serentak adalah rendahya tanggapan dan sambutan terhadap keberadaan caleg. Secara sepihak, ini menimbulkan masalah dari caleg itu sendiri,  baik yang pertahana maupun yang sedang berjuang menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Bagi caleg pertahana, pemilihan secara serentak  bukan hal  yang membingungkan. Ini dikarenakan ketika mereka menduduki jabatan sebagai pertahana sudah menyemaikan bibit- bibit demokrasi kepada konstituennya.  Program -program unggulan yang mereka laksanakan pada daerah pemilihan telah menjadikan para caleg tersebut terkesan di hati konstituen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun