Bagi guru yang sudah terbiasa berhadapan dengan berbagai aplikasi, hal ini bukan sebuah halangan. Akan tetapi bagi guru yang gagap teknologi (gaptek)  dengan usia di atas rata- rata ini sebagai mala petaka. Bagi Guru Penggerak, hal ini sudah menjadi kegiatan rutin. Namun bagi guru yang di atas 50 tahun ini persoalan krusial.
Mereka guru yang mengidap penyakit gagap teknologi (gaptek) masih sangat banyak di negeri ini dan  masih produktif mengajar. Tantangan yang mereka  hadapi sangat banyak dan rumit. Jika melihat pada usia, mereka tidak boleh lagi mengikuti Program Guru Penggerak, dan Pengajar Praktik.Â
Padahal kompetensi mereka sudah luar biasa dalam mencerdaskan anak bangsa selama puluhan tahun . Lalu, Â apakah mereka dibiarkan begitu saja berada dalam keadaan stagnan? Atau pemerintah membiarkan mereka sampai usia mereka masuk masa pensiun.Â
Ini pekerjaan rumah bagi pemerintah saat ini. Hemat penulis, jika usia di Program Guru Penggerak tidak dibatasi, mungkin mereka bisa ditempah dan dipaksakan belajar tentang informasi dan teknologi  karena menghadapi program  tersebut.Â
Fitur-Fitur di Platform Merdeka Mengajar
Apabila merujuk pada Perdirjen GTK/ Nomor 7607/ B.B1/ HK.03/2023 Tahapan pengelolaan kinerja dikelompokkan dalam tiga tahap yaitu, tahap perencanaan kinerja , pelaksanaan kegiatan dan penilaian kinerja. Untuk tahap pertama, yaitu perencanaan kinerja sudah bisa dimulai selama Bulan Januari.
Tahap kedua dan ketiga seperti yang sudah dikemukakan di atas sudah diatur sedemikian rupa di platform tersebut. Kegiatan ini akan dilakukan oleh guru selama enam bulan dan terjadi 2 kali dalam setahun.Â
Selanjutnya setiap tahap, baik tahap perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja maupun penilaian kinerja masing-masing menu tersebut sudah disediakan.Â
Namun dalam tulisan ini penulis tidak hendak menjelaskan bagaimana praktik yang bisa dilakukan agar guru -guru yang gagap teknologi  (gaptek) menghadapi hal tersebut. Akan tetapi, penulis ingin memberikan sebuah gambaran yang aktual yang terjadi di lapangan.
Jika melihat fitur-fitur tersebut, muncul pertanyaan apakah bapak/ ibu guru yang gagap teknologi  (gaptek) sanggup menghadapi hal tersebut? Atau mereka lebih mementingkan mengisi pengelolaan kinerja daripada menjalankan tugas pokok sebagai guru.  Mungkin  inikah yang disebut dengan mengajar merdeka tapi tidak mengajar?
Namun ada anggapan bahwa untuk menghadapi hal tersebut dengan zaman  secanggih ini bisa menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).  Jawabannya sangat sederhana untuk membuka tutup laptop saja mereka hanya mengenal tombol power yang bertuliskan on/off.  Jika ini pun bisa dilaksanakan,  bukankah termasuk sesuatu yang membunuh kreativitas berpikir seseorang dalam menyelesaikan tugas secara instan.Â