Cerpen sebenarnya suatu materi yang sangat mudah diajarkan kepada siapapun terutama siswa yang sedang belajar pada tingkat SMA. Ada beberapa tips yang bisa dihadirkan secara sekilas, mengingat ada materi lain yang harus diuraikan seperti puisi dan musikalisasi puisi.Â
Pertama, guru sebagai pengajar utama dalam kelas harus memahami bahwa dalam mengajar materi ini membutuhkan pengalaman menulis yang tinggi.Kemampun ini akan dijadikan sebagai contoh pada siswa bagaimana, misalnya mengembangkan alur cerita atau memunculkan tokoh baru di tengah cerita berlangsung. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kejutan atau suspense dalam sebuah cerita.
Kedua, guru sebagai pengajar tidak menjadikan teori dan konsep cerpen sebagai orientasi pembelajaran. Apabila hal itu dilakukan sesungguhnya guru sudah menghambat kreativitas siswa dalam berhalusinasi dalam menyampaikan ide-ide dalam bentuk cerpen. Agar siswa lebih leluasa dalam menulis cerpen berikan kebebasan kepada mereka untuk memilih tema, tokoh dan pesan yang mau disampaikan.
Ketiga, bebaskan siswa melakukan eksplorasi diri dengan imajinasi tingkat tinggi yang akan menjadikan cerpen mereka lebih bernas dan berbobot. Buka akses seluas- luasnya bagi mereka untuk menuangkan gagasan berlian tanpa dibatasi oleh aturan penulisan yang ada.Â
Keempat, pilih model pembelajaran tepat. Model yang dipilih harus disesuaikan dengan kriteria, kesesuaian antara modell pembelajaran dan materi pembelajaran, antara karakteristik peserta didik dengan model pembelajaran,dan antara sarana dan prasarana yang tersedia dengan model dan materi yang diajarkan.
Pembelajaran PuisiÂ
Materi puisi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia termasuk materi yang menyenangkan dan menantang bagi guru. Menyenangkan artinya ada kepuasan yang didapat, ketika siswa mampu menuangkan perasaan batiniah yang teratur dan terstruktur dalam bentuk puisi.  Untaian- untaian bait, rima, nada dan irama diatur sedemikian padu. Ada perasaan yang meledak letup ketika dikritisi oleh calon- calon penyair masa depan membuat guru jadi bersemangat.Â
Namun  yang menjadi tantangan terberat adalah bagaimana cara yang harus dilakukan pada saat awal siswa diajarkan untuk menulis puisi. Kadang - kadang guru langsung memberikan contoh puisi sebagai pengamatan, sepintas memang ada bagusnya.Â
Akan tetapi sebagai siswa ketika mengamati contoh puisi yang diberikan, pikirannya jadi terkotak kotak. Â Fokus pikiran tertuju pada contoh yang diberikan, sehingga mereka menganggap itu contoh puisi yang baik. Kadang siswa ketika diminta menulis puisi, contoh puisi yang diberikan sebagai pengamatan awal akan dijadikan referensi menulis.
Ini sangat berbahaya, dan ini tidak hanya terjadi pada teknik penulisan puisi, namun pada teknik pembacaan puisi juga demikian. Contoh puisi sebagai pengamatan dan teknik baca puisi yang diberikan guru telah dijadikan referensi oleh siswa. Disadari atau tidak, secara tidak langsung guru sudah bertindak sebagai aktor pembelajaran bukan sebagai sutradara yang merancang pembelajaran.Â
Hakikat puisi adalah sebuah kegiatan menulis kreatif menjadi pupus, karena telah dihalangi guru melalui tindakan yang diberikan guru seperti pada ilustrasi di atas. Imajinasi  para siswa yang telah disiapkan dari awal jadi terbelenggu oleh guru yang tidak memahami bagaimana mengajarkan puisi yang sesuai.