Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengajar Sastra pada Generasi Z adalah Sebuah Tantangan dan Harapan

3 Januari 2024   20:47 Diperbarui: 5 Januari 2024   01:03 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sastra atau ilmu pengetahuan lain yang berguna bagi penikmat game tersebut. Namun hal itu tidak akan pernah terjadi pada zaman secanggih ini.Ini diakibatkan oleh sastra itu sendiri yang sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya sendiri sebelum generasi Z ini muncul. 

Pada tataran sekolah, ketika  menyajikan materi sastra.  Para guru terasa asing seperti menjadi tamu  di rumah sendiri.. apabila ditanya secara personal tentang santra peserta didik banyak yang tidak memahami.. Apalagi para peserta didik diminta untuk memberikan tagihan dalam bentuk produk sastra misalnya puisi, cerpen dan novel. 

Peserta Didik Merasa Tabu Mempelajari Karya Sastra

Terdapat perbedaan yang signifikan antara generasi terdahulu dengan generasi Z seperti sekarang ini. Generasi Z, apabila ingin mempelajari sesuatu akan menanyakan apa manfaat yang diperoleh dari pembelajaran yang  dipelajari.  Sifat kritis seperti ini sebenarnya harus dimanfaatkan oleh guru pengampu materi sastra. 

Dalam pandangan generasi Z yang serba instan, mereka selalu menagih apa hasil akhir yang diperoleh dari pembelajaran sastra. Hasil ini sangat penting, karena akan menjadi motivasi bagi generasi tersebut untuk mengulik lebihi jauh tentang sastra, baik dari segi pengetahuan, maupun dari segi produk yang dihasilkan. 

Sekarang yang dibutuhkan guru sebagai penguasa materi sastra bagaimana caranya menjemput ulang generasi Z yang sudah terlanjur diculik oleh permainan - permainan modern yang lebihi banyak membawa dampak negatif. Mereka harus dijemput dan dikembalikan ke alam budaya  asli yang bersifat ketimuran. 

Tantangan seperti ini tidak dapat dilakukan secara individual oleh guru, khususnya guru yang mengajar materi sastra. Akan tetapi,  pemerintah melalui instansi terkait harus hadir memberikan solusi yang tepat baik kepada guru maupun program yang dilakukan.  Apabila hal ini diterapkan Melly kajian kajian yang mendalam, maka kebermaknaan mempelajari sastra pada generasi Z akan terwujud. 

Simpulan: 

Agar tulisan ini mempunyai pemahaman yang sepadan antara maksud penulis dan pembaca secara khusus Kiranya perlu diberikan simpulan terhadap  uraian  tulisan  ini.  Belajar  sastra pada lembaga  pendidikan  apapun jenjang yang diikuti  akan  memberikan dampak positif terhadap perkembangan  jiwa peserta  didik  dan  memberikan  dampak  yang  luar biasa.

Apabila  pembelajaran  sastra diabaikan tanpa adanya tindakan khusus  ditengah arus dan degradasi moral  generasi Z, dikuatirkan sastra yang merupakan representasi budaya bangsa akan ditinggalkan  oleh generasi muda dan akan menjadi tamu di rumah sendiri. 

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun