Paradigma adalah sebuah pola pikir atau cara pandang yang dimiliki  terhadap suatu hal atau objek. Berkaitan dengan ini paradigma lebih diarahkan kepada bagaimana pemahaman guru selama ini dalam mengajar.Â
Pandangan tersebut tentunya mempunyai perbedaan. Perbedaan ini terjadi, karena kompetensi dan tanggung jawab yang dimiliki guru. Bagi guru yang mempunyai kompetensi di atas rata -rata ,mereka selalu siap dan mau membuat perubahan terhadap tindakan berkelanjutan. Â Biasanya setelah mengajar guru tersebut selalu melakukan refleksi.Â
Refleksi yang dimaksud adalah melihat ulang sampai apakah tujuan pembelajaran yang dicapai oleh siswa setelah pembelajaran berlangsung. Selanjutnya,  refleks tersebut akan dijadikan sebagai treatment/tindakan pada tahap mengajar selanjutnya.
Perbaikan tersebut dilakukan melalui perbandingan setelah dan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Â Guru - guru yang mempunyai kompetensi tinggi dan telah menjadikan profesi sebagai tugas mulia tetap tampil perfek dan profesional dalam mengajarkan. Biasanya guru seperti ini setiap saat melakukan up grade terhadap dirinya.Hal inilah yang membuat guru seperti ini dinantikan dan diminati pada setiap ruang kelas.Â
Selanjutnya, ada juga guru yang tidak mau mengubah paradigma terhadap pembelajaran yang dilakukan selama ini. Mereka tidak mau keluar dari zoma nyaman.Bagi mereka, mengajar bukan sebagai seni berbagi pengetahuan kepada peserta didik. Akan tetapi, mereka menganggap bahwa mengajar itu sebagai beban.  Guru - guru seperti ini walupun sudah mengajar puluhan tahun dan berstatus Pegawai Negeri Sipil ( PNS)  tetap ingin berada di kotak aman. Â
Ada satu dialog kecil antara penulis dengan seorang guru yang sudah puluhan tahun mengajar " Bu? Mengapa tidak menggunakan model pembelajaran ini...? Pada materi...! Nampaknya itu lebih cocok Bu." Sambil penulis menjelaskan model dan materi yang dijadikan contoh. Â Seperti minyak goreng yang sedang mendidih dipercik air seketika. Mulutnya terlalu cepat menjawab dan berkilah seperti seorang professor yang menyajikan materi dalam sebuah seminar hebat.
Penulis menunduk sambil sekali- kali menghindar dari semprotan air ludah yang muncrat di sela -sela giginya yang jarang. Penulis merasa menyesal dan salah sasaran sambil terdiam mengutuk diri.
" Pak..!" Saya sudah mengajar sejak Bapak masih belajar di SMP. Semua siswa Saya sudah jadi orang hebat, Saya sudah mengajar puluhan tahun Pak!., Bapak salah orang Pak.! Bapak baru berapa tahun sih jadi guru? Sudahlah pak", Jangan Menggurui guru Pak! " Kemudian Ia terus berlalu di hadapan penulis.Â
Dari ilustrasi diatas dapat ditarik simpulan bahwa tidak setiap guru sanggup dan mau membuat perubahan dalam mengajar.. paradigma seperti di atas masih cukup banyak berlangsung di negeri ini. Ada perasaan sakit bagi dunia pendidikan Indonesia, jika pendidikan diasuh oleh guru guru yang temparamem seperti ilustrasi di atas.
Menguasai Materi dan Teknik PenyajianÂ
Mengingat ini suasana baru bertepatan Tahun Baru, semester baru dan materi baru , untuk menghadirkan sesuatu yang baru pasti bisa dilakukan.. Biasanya suatu suasana dan waktu yang baru semua berada dalam kondisi yang bersemangat. Bapak/ Ibu guru sebagai sutradara dalam kelas dituntut menguasai materi- materi terbaru yang berhubungan disiplin ilmu yang diasuh.Â