Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menolak Pengungsi Rohingya, Etiskah?

28 Desember 2023   17:15 Diperbarui: 28 Desember 2023   17:55 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
   sumber gambar:Foto: Rohingya (REUTERS/STRINGER) 

Perdagangan manusia atau sering disebut dengan Human Traficking adalah sebuah kegiatan eksplorasi perbudakan yang dilakukan oleh individu atau perusahaan dengan cara mencari keuntungan pribadi dan perusahaan. Modus yang digunakan sangat banyak, tergantung pada keinginan dan harapan yang diinginkan oleh orang atau manusia yang diperdagangkan. 

Perusahaan yang melakukan kegiatan Human Traficking adalah perusahaan atau individu yang mempunyai hubungan internasional. Mereka memanfaatkan faktor kemanusiaan dalam melaksanakan  aksinya. Jika  dianalisis berkaitan dengan pengungsi Rohingya,  hal ini akan tampak kentara sekali bahwa mereka adalah korban perdagangan manusia. 

Mari berpikir dengan logika yang ilmiah, mereka datang dari Kamp pengungsi terbesar  Katupalong  Bangladesh  dengan menumpang kapal apung tanpa mesin.

 Mereka melintas samudera luas dengan melewati Thailand, India dan Malaysia. Dari perjalanan yang begitu panjang dan lama serta diapit gelombang badai, mereka tidak apa -apa sampai di Aceh.Kalau dinalogikan, banyak sekali nelayan Aceh yang berlayar menggunakan perahu bermesin kadang - kadang terdampar sampai ke pulau Andaman, India, Kenapa pengungsi Rohingya aman- aman saja sampai ke Aceh. Apakah hal ini tidak patut untuk dicurigai bahwa mereka adalah korba perdagangan manusia. .

Lebih lanjut,  informasi yang berkembang bahwa mereka membayar 15 Sampai 20 juta rupiah  per jiwa agar bisa sampai ke Indonesia. Lagi -lagi ini memunculkan kecurigaan yang luar biasa . Berdasarkan analisis sederhana  yang mengacu pada logika berpikir sudah dapat dipastikan bahwa,  ada kegiatan Human Traficking  berlangsung di balik kasus besar yang menimpa warga Rohingya.

Kajian selanjutnya,  negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke.Negara seluas dan sepanjang ini tentunya membutuhkan pengamanan yang ketat. 

Ada hal yang mengherankan dari kasus Rohingya, bahwa apabila setiap  warga negara ingin masuk ke negara lain tentunya harus melewati  administrasi kenegaraan dari pihak imigrasi yang sangat ketat. Kasus ini berlaku untuk pendatang atau imigran  resmi. Untuk pendatang yang tidak resmi, sudah pasti memiliki pengamanan yang t ketat dari pihak penjaga laut Indonesia. Namun kenyataan tidak demikian, mereka bisa masuk secara leluasa ke negeri ini seperti pulang ke negeri sendiri.  Dengan demikian keamanan dan pertahanan  laut Indonesia patut dipertanyaakan.

Kesejahteraan Masyarakat Aceh

Untuk membiayai jumlah pengungsi Rohingya yang berada di Aceh membutuhkan  dana yang luar biasa.Dana tersebut apabila  akan mengurus APBD daerah Aceh. Bayangkan saja, kondisi ekonomi masyarakat Aceh saat ini. Bahkan dengan  kondisi Anggaran Pendapatan Belanja  Aceh (APBA) saat ini Aceh masih tergolong provinsi termiskin di Sumatera. Riskan sekali untuk kondisi seperti ini harus menanggung beban besar seperti ini.

Amatan penulis selaku orang Aceh, cukup banyak masyarakat Aceh yang berada di bawah garis kemiskinan setelah konflik yang berkepanjangan dan bencana tsunami. Mereka kelihatan masih berbenah diri menata perkonomian. Sementara pengungsi Rohingya yang masuk ke Aceh minta perlakuan yang istimewa seperti yang tampak viral di media sosial. 

Masyarakat Aceh tidak pernah mengundang mereka mendarat di bumi Aceh. Dengan segala kerendahan,  mereka secara spontan dan berencana menolak mereka berada di sini. Pada prinsipnya daripada memperlakukan pengungsi Rohingya seperti manusia  yang ingin hidup mewah, lebih baik dana tersebut digunakan untuk masyarakat Aceh yang masih berada di bawah garis kemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun