Â
Syair merupakan salah satu bahagian dari karya sastra lama yang mengandung nilai agama, nasihat, dan hiburan serta mengandung keindahan kata-kata. Ditinjau dari segi bentuk syair hampir sama dengan pantun. Bentuk syair terdiri atas empat baris sebait, akan tetapi yang membedakan dengan pantun adalah isi dari syair itu sendiri. Bentuk baris satu dan dua dalam pantun adalah sampiran sedangkan baris tiga dan empat merupakan isi dari pantun. Dalam syair semua baris merupakan isi  yang mengutarakan masalah  agama, sejarah, dan masalah romantis.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah sering terjadi salah penafsiran antara pengertian syair dan pantun. Kesalahan ini disebabkan dalam memberikan pengertian guru dan siswa selalu mengacu pada bentuk dari karya sastra tersebut bukan dari ciri-ciri yang dimilikinya. Menurut Fang (1993:199) mengemukakan tentang pengertian syair adalah
"Satu lagi jenis puisi lama adalah syair. Syair terdiri atas empat baris. Setiap baris mengandung empat kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari sembilan sampai dua belas suku kata. " Bedanya dengan pantun adalah ke empat baris dalam syair merupakan satu bahagian dari pada sebuah puisi yang panjang. Syair juga tidak mempunyai unsur sindiran di dalamnya.
Uraian di atas terlihat bahwa antara syair dan pantun menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Perbedaan ini akan tampak jika seorang pembaca mampu memahami syair dengan teliti. Hal lain yang dapat dipahami dari pengertian di atas adalah ternyata syair juga digolongkan dalam puisi yang mengutamakan keindahan bunyi bahasa dan mengandung makna yang dalam. Puisi yang dimaksud di sini adalah puisi lama yang masih diikat oleh aturan-aturan tertentu.
 J.J  De Holander  dalam bukunya  (1984 : 255)  mengemukakan  bahwa  syair  merupakan hasil yang jauh paling penting dalam  puisi Melayu. Meskipun kadang-kadang nama-nama ini diberikan pada sajak-sajak kecil namun biasanya syair adalah sajak yang agak panjang lebar diutarakan suatu persoalan yang romantik, sejarah atau  lainnya tidak ada pembagian menurut bait. Baris-barisnya harus bersajak empat-empat yang patokannya  terkadang  dilanggar, tetapi hal ini merupakan suatu keharusan dalam syair. Â
 Dari segi bentuk,ternyata syair dapat digolongkan dalam puisi modern, karena tidak mempunyai bentuk yang baku layaknya  karya sastra. Di samping itu, sajak dalam syair agak panjang dan luas, bentuk baris pun harus berirama empat-empat yang kadang-kadang harus dilanggar.Â
Pelanggaran terhadap patokan ini dalam syair dianggap suatu keharusan.
Dari segi isi, syair mengungkapkan suatu masalah yang luas, misalnya  romantis, sejarah, agama dan berbagai masalah lain. Ditinjau dari masalah yang di diungkapkan  syair hampir tak dapat digolongkan dalam puisi lama. Sebagaimana kita ketahui bahwa puisi lama selalu mengungkapkan masalah-masalah yang bersifat istana sentris atau peristiwa-peristiwa di lingkungan kerajaaan.
Walaupun syair berbentuk puisi jauh lebih baik dari puisi melayu lainnya. Dalam syair pembaca tidak akan terbentur layaknya membaca pantun yang  melukiskan kata-kata tanpa arti  dan suatu penggambaran tanpa makna. Setiap  pelukisan tentang peristiwa, keadaan dan perbandingan selalu  disajikan dengan bahasa yang indah  yang membuat pembaca terpesona atas penyajian tersebut.
Pendapat para ahli  di atas, dapat disimpulkan bahwa batasan tentang syair adalah suatu karya sastra lama yang berbetuk panjang dan lebar mengutarakan tentang suatu permasalahan yang kompleks tidak sama dengan  jenis karya sastra  lama lain. Hal ini terlihat pada  isi dan bentuk syair tidak memiliki aturan baku walaupun baris syair harus bersajak empat-empat, tetapi ada aturan yang kadang-kadang dilanggar dan merupakan satu keharusan dalam syair.
Agar lebih jelas pemahaman tentang batasan syair berikut ini adalah contoh penggalan syair  Ken Tamboenan dalam  Fang (1993 : 202)
" Tetaplah kerajaan raden menteri
  Ken Tamboenan menjadi suri
  Suka dan ramai seisi negeri
  Dengan punggawa sekalian menteri"