Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melipat Jarak

12 November 2023   11:30 Diperbarui: 12 November 2023   11:33 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Mukhlis,S.Pd., M.Pd

Di tengah perjalanan cita, aku berhenti di bahu jalan kehidupan
Jantungku berdetak,  meretakkan  iga dalam pagar jiwa
Ribuan tanya menyerang saraf

Apa yang kau tunggu kawan?
Gemuruhnya terompet Israfil dari aras? Yang memecahkan gendang telinga?
Atau bintang langit dicopot  dari tangkainya?lalu dilempar ke wajahmu yang hina

Mungkin gunung -gunung menjulang dibongkar dari pasaknya?
lalu diterbangkan bagai kapas di atas ubun- ubun mu?

Apa lagi yang kau tunggu wahai jasad  berlumur dosa?
Kunci pengait bulan dan matahari disentil dengan ujung jari -Nya?
Atau kolam renang raksasa memikul istana kesombongan mu?


Mungkin Kau ingin melihat  bayi -bayi prematur melompat dari rahim ibunya tanpa persalinan?

Apa lagi yang kau tunggu wahai jiwa penasaran?
Atau matahari dan bulan berhamburan di angkasa biru?
Mungkin kau ingin berjalan di atas tanah yang bergelombang?

Apa yang kau sombong kan kawan?
Intelektual mu menepis gejala alam?
Atau kekuasaan mu yang melampaui batas?

Hati-hati kawan!
Untung Suku Maya salah membaca zaman
Seandainya mereka benar, apa yang kau punya?
Jangan menopang langit dengan telunjuk!

Kawan..
Kini matahari belum menyelingkuhi aturan langit
Jika  arah barat ia bermula kemana jasad hendak kau bawa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun