Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Saudaraku Palestina

9 November 2023   11:48 Diperbarui: 9 November 2023   12:09 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 
Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

Jasad para syuhada Allah ditindih berhimpit di atas kayu bakar
Diarak telanjang di negeri para durjana
Gubug reot dan musalla bekas sujud jadi api unggun seketika
Aroma darah para pemegang teguh

Kotak  bayang lima sentimeter  menguap bayang
Sebagian dari kalian menunggang badai
Berpayung awan menumpang tongkang
Berlayar dengan telapak tangan menghidar maut
Di tengah garangnya ombak tanpa sarapan berlomba mencari selamat

Malaikat kecil dalam gendongan menjerit kehausan
Orang tua  merangkak di atas   padang  kematian
Gadis gadis perawan dijamah berjamaah 

 

Di tanah lapang

Kalian dihalau harimau lapar di tengah padang ilalang
Kitab suci dibakar dan dicampak di comberan
tubuh -tubuh tak berdosa dicabik sang pemangsa
tapi bongkahan iman tak pernah retak

Saudaraku...!
Kerabat seiman hampir dua milyar berteduh  di jagad ini
Mereka hanya mengandalkan jempol dan  diksi amin 

Ketika kotakmlima inci menoreh kisah tentang mu


Percuma...!
Percuma kau teriak walau langit terbelah.

Kepada pemilik diksi menggugah jiwa!
Untuk apa bait indahmu kau cemari jagad maya?
Jika bagian tubuhmu meronta ronta dalam jeratan maut
Simpan saja sajak indahmu dalam peti mati,
biar duka mereka tak tertoreh
Untuk apa pena emas kau genggam kuat
jika darahmu tak mendidih menulis kisah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun