Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sukamu adalah Dukaku

5 November 2023   21:55 Diperbarui: 5 November 2023   22:05 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh: Mukhlis, S.Pd, M.Pd 

Kemarin Aku diburu senja sepulang tugas
Baju batik campuran warna kujemput di kota tua
Semalam perasaanku diaduk gundah,
bola mata bening lalu- lalang dalam jiwa
Pikiranku menerobos  haluan kenangan
Kubayangkan ada hujan meluah di pipi


Berhari hari kusiapkan diri
Belajar melupa pada kenangan
Belajar menghapus nama dalam memori
Belajar mengulurkan tangan jabat terakhir
Belajar mengusap gerimis menetes di pipi


Tadi pagi....
Kakiku gontai melangkah
Tanganku kebas menggenggam kenangan
Sejuta peluru kesedihan telah kusiapkan
Pelatuknya tinggal ku picu biar kenangan tak melaju


Suara  musik pengantar pesan kenangan mendayu
Satu dua bocah mendekat mengusap telapak tangan
Aku mendua dalam barisan panjang
Kunanti wajah -wajah penuh canda
Dua tiga barisan berlalu,
dada berdegup,resah menguras peluh
Aku sepi di kerumunan,
Kalian kemana nak?

Ah ...kesal mulai menjegal
Di akhir kata kalian mulai rasis
Membakar kebersamaan dalam rajutan kasih


Tiga tahun kalian ditempa
Satu tahun kita bersama
Bersandar kita pada cita dan rasa
Kini semua ditutup debu
Padahal nila setitik  tumpah di pembungkus rusuk
Tapi susu telah kalian tumpahkan

Lalu ketika matahari berubah warna
Kalian datang memohon maaf
Salam kalian kusambut hambar
Dadaku terlanjur  digerus duka
Aku tak sanggup melawan tatapan


Dadaku bergemuruh...
Inikah jawaban atas pengabdian ku  selama ini

Lhokseumawe, November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun