3. Citraan
Puisi-puisi WS Rendra  dikenal kaya akan citraan atau gambaran angan yang timbul setelah membaca karyanya. Karya puisi pada hakikatnya,  WS Rendra ingin membuat pembacanya berimajinasi berupa citra-citra yang dapat dilihat dan seolah-olah dapat dirasakan. Hidupnya semua aspek citraan dalam puisi  WS Rendra seolah suasana,  hal atau peristiwa  yang digambarkan seperti difoto (ikonik).
Ruh puisi  WS. Rendra dari segi citraan telah memberi nuansa warna puisi dalam khasanah perpuisian Indonesia. Pembangunan citraan dalam puisi WS Rendra didasarkan pada imajinasi dan inspirasi yang betul -betul kokoh dari sang Maestro Puisi Indonesia. Â
Nah, Â jika ingin meniru atau belajar menulis puisi dengan gaya Ws. Rendra. Pembaca dituntut harus banyak membaca dan mempelajari puisi- puisi miliknya. Ketika pemahaman tentang ciri khas puisi WS Rendra sudah membumi dalam jiwa. Â Cobalah untuk menulis puisi bernada kritik. Â Walaupun secara pribadi kita dituntut untuk menjadi diri sendiri.
Penulis berpikir,  meniru gaya penyair terkenal sekelas WS Rendra adalah salah satu bentuk apresiasi besar terhadap perkembangan sastra tanah air.Selama ini yang berkembang dalam ranah sastra Indonesia,  pada saat mengenang kematian Rendra diperingati dengan melaksanakan kegiatan baca puisi karya Rendra. Tentunya tidak salah,  jika kegiatan tersebut diselingi dengan menulis puisi gaya  WS. Rendra.
Berikut penulis sajikan contoh puisi gaya  WS. Rendra,  walaupun jauh dari wujud aslinya,  menurut penulis ada beberapa kesamaan,  baik dari segi diksi,  gaya bahasa maupun citraan.
Negeri dalam Dupa dan Rupa
Mukhlis , S.Pd., M.Pd.
Kasak -kusuk kian menusuk jantung negeri
Mahasiswa main debu  di wajah nusantara
Almamater berlumpur darah Â
mengusung rasa
Menggelepar di keramaian kota,
Mengusir kebatilan di tanah kelahiran
Mengusung keranda demokrasi
Merangsek di bawah busuran api
Mencongkel  keadilan di mata para bedebah
Dipecut bagai kuda troya
di antara bidak - bidak berandal
Bergerobolan menyusur keadilan
nan menantang
Antre berderet- deret diberangus isu,
lalu tersungkur di bawah sangkur
Anak -anak tanggung berbaur dalam ragu
Matanya menangis dendam
dibalut gas air mata
Anak -anak tanggung manggung
di pentas politik,
Sekejap keluar  kelas, Â
masuk dunia penuh intrik
Krasak- krusuk terbuka dari senayan,
Pasal bodong digotong berbondong- bondong,
Selangkangan dipersoalkan di ruang publik
Suami -suami dijerat pasal
Penjara  diecer di pasar-pasar hukum
Dupa -dupa dibakar tujuh rupa
Hutan- hutan dirambah serakah
Udara gosong, langit abu -abu
Orang-orang  menghisap jerebu dalam pasu
Matahari tak terbit berhari dan bulan
Bulan temaram mengeram dalam kabut
Dada sesak digasak asap dan dioksidan
Bola mata dihadang hijab  dan selepang maut
Kentut dimana- mana, menyaru dalam napas