Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sastra dalam Pandangan Islam

29 Oktober 2023   06:26 Diperbarui: 29 Oktober 2023   06:31 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh:  Mukhlis, S.Pd.,M.Pd.
           
Surat Asy Syu'araa (221-227) Apakah akan aku beritahukan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun pada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. Mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidaklah kamu melihat bahwasannya mereka mengembara di tiap-tiap lembah. Dan bahwasannya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal shaleh dan banyak menyebut nama Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.

Jika dibaca sepenggal dengan pemahaman yang dangkal. Tersirat keresahan dalam jiwa seorang penyair. Ayat di atas mengungkapkan bahwa betapa perlunya kehati- hatian dalam menulis sebuah puisi. 

Pada abad ke 6 masehi sebelum Nabi Muhammad  Saw lahir dan diwisuda oleh Allah sebagai rasul akhir zaman, bangsa Arab sudah membuat patung atau berhala untuk disembah dengan berbagai mantra. 

Selain itu, mereka juga sudah membacakan syair atau puisi dengan menggunakan alat musik. Ternyata musikalisasi puisi bukan kreativitas baru dalam membaca puisi. 

Pada zaman tersebut lebih dikenal dengan sastra jahiliah. Seiring waktu berjalan peradaban Arab mulai berubah dengan hadirnya penghulu alam Nabi Muhammad SAW. 

Jika disimak secara saksama tentang  mukjizat yang dimiliki oleh setiap Rasul Allah sangat dipengaruhi oleh kegemaran yang dimiliki oleh umatnya. Misalnya, kenapa Nabi Musa diberikan mukjizat tongkat ketika dilempar  berubah menjadi ular raksasa dan menelan ular ular tukang sihir pada waktu itu. Ini dikarenakan bangsa Bani  Israil lebih menyukai sihir.

 Selanjutnya, kenapa Nabi Ibrahim menghancurkan semua patung latta,  lalu dimasukkan dalam api dan tidak terbakar. Karena kaum Nabi Ibrahim lebih menyenagi patung. Lalu kenapa Nabi Isa diberi  mukjizat bisa menhidupkan orang mati. Karena kaum Isa lebih menggemari ilmu tabib atau terapi penyembuhan. Nah Nabi Muhammad SAW diberi mukjizat Alquran dengan bahasa yang indah dan halus, karena secara umum bangsa Arab pada waktu itu dan sampai sekarang paling senang bersyair pada setiap kesempatan.


Pada masa khalifah Umar Bin Khatab, setiap puisi yang bagus dan menggugah keimanan dipajang di dinding kakbah. Saidina Ali pernah pernah berkata' kalau ingin anakmu cerdas ajari dia sastra' Ungkapan dari sahabat Nabi Muhammad SAW ini menunjukkan bahwa bahasa sastra punya nilai rasa yang tinggi. Dari beberapa buku yang penulis baca bahasa sastra selain bernilai estetika juga berpengaruh terhadap kehidupan, baik individu maupun kelompok.

 Perkembangan sastra Indonesia sendiri dimulai dari peradaban bahasa Melayu. Muncullah tokoh tokoh seperti Hanzah Al -Fansuri  sebagai penyair yang mendunia khususnya Asia Tenggara. Pujangga asal Aceh ini telah meletakkan dasar -dasar perpusian Indonseia lewat sayairnya yang terkenal yaitu ' Syair Perahu' .Walaupun literatur dan manuskrip syair beliau sulit ditemukan. 

Kebanyakan hasil karya sang pujangga ini atau ulama besar dari Aceh yang  menuntut ilmu  di Arab Saudi dibakar oleh rivalnya yaitu Nuruddin Ar Raniry  Ketua Majelis Ulama pada masa kerajaan Iskandar Muda menganggap semua karya Hamzah Al -Fansuri mengandung kesyirikan. Akhirnya, ulama Aceh kelahiran Agra ( India) membakar semua karya hebat milik sang pujangga dunia. Untuk menyegarkan ingatan pembaca, berikut penulis sajikan sepenggal syair beliau.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun