Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Profesional, Emosional, dan Kebijakan

26 Oktober 2023   14:30 Diperbarui: 26 Oktober 2023   14:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Filosofi hubungan di atas selalu bertumpu pada  gerakan emosional yang didesak dari dalam seorang pemimpin. Betapa banyak pemimpin di berbagai instansi yang menjilat ludahnya sendiri setelah keputusan itu disampaikan kepada bawahan. Jika hal ini mendominasi setiap keputusan, maka dipastikan integritas seorang pemimpin  hilang. 

Ketegasan dalam konteks ini adalah bersatu padunya sebuah ketegasan dan komitmen. Perpaduan kedua hal ini akan menghasilkan sebuah kejujuran. Kejujuran adalah kepercayaan yang menjadi ciri khas seorang pemimpin profesional 

Menjadikan faktor berbagai hubungan yang telah disebutkan di atas mewarnai setiap keputusan menunjukkan sikap labil yang terus dipertontonkan pada bawahan. Para tokoh - tokoh hebat' dari pemimpin dunia  telah menjalankan hal ini. Bahkan mereka sudah menjadikan dirinya sebagai contoh pemimpin yang ditakuti, dihargai, dihormati dan dibangga banggakan.. 

Untuk mengurangi kekusutan pikiran pembaca tentang hal ini, penulis akan menghadirkan sekelumit kisah dari Raja Aceh yang mendunia dalam hal mengambil keputusan secara profesional. Sebuah kisah menarik dari tanah negeri  para aulia. 

Sultan Iskandar Muda didatangi perwira. Ia melaporkan bahwa istrinya telah ditiduri putra mahkota, Meurah Pupok. Perwira itu membunuh istrinya, lalu bunuh diri di depan Sultan Iskandar Muda.Atas peristiwa ini, Sultan Iskandar Muda berjanji akan menegakkan hukum dengan adil. Dia akan menghukum putranya sendiri sesuai konstitusi Kerajaan Aceh Darussalam, Qanun Meukuta Alam, yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits.https://bimoprasetio.com/kisah-meurah-pupok-putra-mahkota-yang-dipenggal-demi-tegakkan-syariat-islam/diakses 8 Juli 2022

Contoh di atas adalah sebuah keteguhan yang dimiliki oleh seorang pemimpin profesional  berhubungan dengan kerabat, saudara dan keluarga. Seandainya teks sosial berada di alam bawah sadar sang raja mungkin saja putra mahkota akan diasingkan demi menjaga nama besar kerajaan. Namun apa hendak dikata ketegasan terhadap aturan telah bersatu dalam jiwa sang raja, sehingga putra kesayangannya harus dikorbankan. Cerita itu bukanlah gagah- gagahan, akan tetapi sang raja lebih menaati sebuah konstitusi yang berlaku di kerajaan daripada konstitusi jiwa sendiri. 

2. Faktor Eksternal 

Faktor eksternal adalah faktor luar yang mempengaruhi kebijakan seorang pemimpin bertindak secara profesional dan proporsional. Faktor ini merupakan tekanan dari pihak luar , namun bertalian dengan  jabatan yang diemban Kadang- kadang unsur balas budi menjadi hal yang diperhitungkan. Ada kaum oligarki yang berada di belakang sebuah keputusan. 

Kaun ini sering disebut dengan pemodal terhadap raihan sebuah jabatan. Pemodal yang dimaksud bukan semata-mata dukungan dari segi uang, akan tetapi kepentingan oligarki dalam bentuk fee dari jabatan yang dipromosikan. Biasanya seorang pemimpin apabila berhadapan dengan tekanan seperti ini Ia langsung lemas bagai ayam sayur. proses  memberi dan menerima  dalam berbagai situasi menjadikan sebuah kebijakan berubah dalam seketika. 

Selain tekanan oligarki di atas, faktor lain yang tetiba mengubah sebuah kebijakan menjadi kebijaksanaan adalah dampak yang dimunculkan dari keputusan yang diambil. Dampak ini bersentuhan langsung dengan orang-orang  yang punya kepentingan secara langsung. 

Mereka berada dalam berbagai bidang, apakah itu penguasa, tokoh penting, dan orang-orang yang tidak tersentuh oleh hukum. Pada kasus ini seorang pemimpin akan mengalami dilema yang luar biasa dalam bahasa Aceh disebutkan " Lage Boh Limeng Lemiek"  maksudnya seperti buah belimbing yang sudah terlanjur masak. Digeser ke kiri Dia terjepit ke kanan apalagi. Mau bertindak secara profesional, belasan risiko menanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun