Mohon tunggu...
Mukhlisin_Sby
Mukhlisin_Sby Mohon Tunggu... -

Mahasiswa yang di Hukum... masih berada di antara ambiguitas dan ambivalensi...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gafatar, Spiritual Shock dan Kopi Mirna

16 Februari 2016   09:02 Diperbarui: 16 Februari 2016   12:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut saya kekeliruan gafatar adalah dalam konsep ajarannya. Hal ini karena Gafatar tidak bisa lepas dari sosok Ahmad Moshadeq dengan Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dibawanya. Beberapa konsep ajaran seperti (1) kenabian (nabi turun tiap 7 abad, sekarang Nabi Moshadeq/Al-Masih), (2) konsep ritual (tidak wajib), (3) konsep hijrah (ke Kalimantan), dan (4) konsep penyatuan agama (Sinkreitisme Islam dan Nasrani), kesalahannya adalah semua itu dihasilkan dari pemikiran-pemikiran dan penafsiran-penafsiran yang mengandai-andai dan tidak dilandasi dari sumber-sumber shahih. Tidak ada ajaran dalam kitab suci manapun untuk membenarkan kenabian Moshadeq, menidakwajibkan ritual agama, menyuruh hijrah ke kalimantan, dan menyatukan konsep ajaran agama Islam dan Nasrani.

Apalagi jika Moshadeq nabi, maka pasti sekarang dia berhubungan dengan jibril dan juga memiliki kitab suci tersendiri. Inilah yang sulit diterima secara nalar dan pengetahuan agama manapun...mungkin kitab suci itu yang merupakan landasan ajaran-ajaran Gafatar/Millah Ibrahim/Al-Qiyadah selama ini....

Hal-hal tersebut membuat MUI memfatwa Ahmad Moshadeq dan Al-Qiyadah sebagai aliran sesat, karena mengaku sebagai nabi dan mungkin memiliki kitab suci lain...

Disinilah pada akhirnya kebenaran spiritual tercampur dengan racun ajaran sesat yang kemudian menghasilkan perpaduan yang mematikan....

Dan kepada saudaraku para Gafataris atau Eks-Gafataris...untuk merenungkan kembali....bukan kebenaran konsep ketuhanannya, tetapi kebenaran atau keilmiahan konsep ajarannya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun