Mohon tunggu...
Mukhamad Abthal
Mukhamad Abthal Mohon Tunggu... Lainnya - Inspirasi Menulis Tanpa Batas

Mukhamad Abthal, Lahir di Cirebon 25 Desember 1996. Memiliki hobi membaca, menulis dan nonton bola.

Selanjutnya

Tutup

Money

Usaha Kerajinan Tangan Tanah Liat di Desa Arjawinangun Kabupaten Cirebon

27 November 2020   18:58 Diperbarui: 27 November 2020   19:05 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Mukhamad Abthal

Di Desa Arjawinangun, atau tepatnya di blok posong kulon (barat) terdapat sebuah kerajinan tangan berbahan dasar tanah liat yang sudah menjadi salah satu mata pencaharian utama mereka. 

Sudah sejak lama warga sekitar memang menjadikan kerajinan tangan itu sebagai sumber pangan mereka, karena selain menjadi ciri khas, hasil yang didapat memang lumayan karena tanah liat di kawasan ini mudah didapat tinggal nantinya di kreasikan saja menjadi beberapa bentuk seperti piring-piringan untuk mainan anak kecil, celengan, kendi untuk wadah minuman dan masih banyak lagi.

Setelah jadi, hasilnya akan dijual kepada para distributor dengan jumlah yang cukup banyak, antara produsen dan distributor ini memang sudah saling kerja sama dengan ketentuan harga yang sudah disepakati sejak awal. 

Jadi intinya, para pengrajin tanah liat sudah memiliki tujuan utama akan kemana semua barang produksinya itu dijual. Tak hanya itu, nantinya pihak distributor akan menjual kembali dengan kualitas barang yang lebih baik.

"Ibu Rokimi, Ibu Tumini, Bapak Kasan dan Bapak Juda, mereka merupakan pihak-pihak yang memang sangat ahli dalam hal pembuatan sekaligus pengrajin tanah liat itu,". Kata Ibu Jumina saat ditanya tentang siapa saja nama pengrajin tanah liat di desa ini. 

Selain itu, Ibu Juminah juga merupakan salah satu pedagang kerajinan tangan itu. Ia menjual kerajinan tangan tersebut di sekitaran pasar Arjawinangun, wanita berusia 65 tahun itu mengaku sudah hampir 30 tahun menjadikan kerajinan tanah liatnya sebagai mata pencaharian utama mereka.

"Dulu waktu masih muda dibantu suami, saat itu masih bisa bikin sendiri, tapi sekarang sudah tua, sudah tidak kuat, tenaga cepat lelah dan lebih memilih belanja saja ke beberapa orang distributor yang kebetulan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dengan kami". Ia melanjutkan penjelasanya.

Prosesnya memang begitu, bukan hanya Ibu Juminah tapi semua yang menjual kerajinan tanah liat di pasaran kebanyakan memang sudah menjalin kerja sama dengan distributor. Dengan jumlah barang yang banyak mereka membeli semua barang itu untuk kemudian dijual kembali. Ketika ditanya kembali tentang proses dan keuntungan untuk usaha ini Ibu Jumina pun menjawab,

"Mereka, distributor itu mengambil lagi dari produsen selaku pihak yang membuat langsung tanah liat itu menjadi sebuah kerajinan tangan, tetapi, ada kalanya proses pembuatanya itu tidak langsung jadi. Dimana distributor hanya sebatas membeli mentahannya saja, seperti celengan, kendi, atau mainan-mainan anak kecil yang masih mentah, mereka ambil itu dengan harga yang relatif masih rendah, setelah itu pihak distributor melanjutkan kembali proses produksinya dengan menaikan kualitas mentahannya itu seperti dengan cara dibakar dulu supaya lebih kering, di cat nah setelah itu dijual kepada para konsumen-konsumen".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun