Mohon tunggu...
Mujiburrahman
Mujiburrahman Mohon Tunggu... Dosen - Kandidat Doktor Universitas Pendidikan Ganesha

Dosen di Universitas Pendidikan Mandalika dan sedang menempuh Program Doktor di Universitas Pendidikan Ganesha program studi Ilmu Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajar Pancasila Vs Realita, Kenapa Bullying Masih Merajalela

3 Desember 2024   07:38 Diperbarui: 3 Desember 2024   07:44 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kreasi: Kemendikbudristek & tirto.id

Selain itu, budaya sekolah yang tidak mendukung juga menjadi faktor penting. Di beberapa sekolah, budaya saling mengolok-olok atau bahkan kekerasan mungkin dianggap hal yang biasa. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak kondusif dan memungkinkan bullying terus berlanjut tanpa penanganan yang serius. Kurangnya edukasi tentang bullying juga berkontribusi pada masalah ini.

 Banyak siswa dan bahkan guru yang kurang paham tentang dampak negatif bullying dan cara mencegahnya. Edukasi yang kurang membuat bullying tidak dianggap sebagai masalah serius, sehingga tindakan preventif pun jarang dilakukan.

Pengaruh sosial dan media juga tidak bisa diabaikan. Di era digital ini, media sosial sering kali menjadi tempat bullying terjadi secara siber. Anonimitas di dunia maya membuat pelaku merasa lebih berani melakukan tindakan yang merugikan orang lain. 

Selain itu, kondisi psikologis individu juga memainkan peran penting. Beberapa siswa mungkin terlibat dalam bullying karena mereka sendiri menghadapi masalah pribadi atau tekanan dari lingkungan rumah yang kurang harmonis.

Mengatasi bullying dalam konteks pengembangan Profil Pelajar Pancasila memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Mengubah pola pikir siswa dan staf sekolah tentang bullying adalah langkah pertama yang penting. Ini membutuhkan waktu dan usaha yang konsisten, serta integrasi nilai-nilai Pancasila yang efektif dalam setiap aspek pendidikan, baik di dalam maupun di luar kelas. 

Pelatihan guru dan staf sekolah untuk mengenali tanda-tanda bullying dan cara menangani kasus bullying dengan tepat juga sangat penting. Guru harus dilatih untuk menjadi model peran positif yang dapat menginspirasi siswa untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Partisipasi orang tua dalam mengatasi bullying juga tidak kalah penting. Orang tua harus diajak berpartisipasi aktif dalam mendukung upaya pencegahan bullying dengan memberikan dukungan dan pemahaman yang baik kepada anak-anak mereka. Selain itu, penggunaan teknologi untuk mendeteksi dan mencegah bullying dapat menjadi solusi, namun perlu diimbangi dengan edukasi dan pengawasan yang tepat.

Profil Pelajar Pancasila menawarkan kerangka kerja yang ideal untuk membentuk karakter siswa Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia. Namun, realita di lapangan menunjukkan bahwa bullying masih menjadi masalah yang harus ditangani dengan serius. Untuk mengatasi ini, diperlukan kerjasama yang baik antara sekolah, orang tua, siswa, dan masyarakat.

 Edukasi, pengawasan, dan penanaman nilai-nilai Pancasila secara konsisten adalah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif bagi semua siswa. Dengan begitu, diharapkan bullying dapat dikurangi dan nilai-nilai Pancasila benar-benar terinternalisasi dalam setiap diri siswa. Hal ini tentu membutuhkan komitmen dan upaya bersama dari semua pihak terkait.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun