Mohon tunggu...
Mujibur Rahman
Mujibur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Low profil

Seeker of God

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta Berujung Maut: Tinjauan Kriminologi, Psikologi, dan Sosiologi tentang Kekerasan Berbasis Hubungan di Bangkalan Madura

2 Desember 2024   18:58 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:56 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture ilustrasi 

   

Gubahan: Mujibur Rahman  

        Kisah tragis yang mengguncang Bangkalan, Madura, baru-baru ini menggambarkan gelapnya sisi hubungan asmara. Seorang perempuan muda menjadi korban pembunuhan keji oleh kekasihnya sendiri, di mana tubuhnya kemudian dibakar untuk menghilangkan jejak. Motif di balik tragedi ini, seperti yang diungkapkan pihak kepolisian, adalah tuntutan pertanggungjawaban atas kehamilan korban. Kasus ini tidak hanya mencerminkan kekerasan fisik, tetapi juga kompleksitas emosional, sosial, dan hukum yang melingkupinya.

A. Perspektif Kriminologi: Kekerasan dan Motif di Baliknya

     Dari sudut pandang kriminologi, tindakan pelaku menunjukkan pola khas dalam kekerasan berbasis hubungan. Pelaku merasa terpojok oleh tuntutan korban, yang menurut ahli kriminologi, sering kali menjadi pemicu tindakan ekstrem ketika pelaku tidak memiliki solusi rasional. Kejahatan ini juga menunjukkan adanya perencanaan, meski impulsif, dengan pembakaran sebagai upaya menghilangkan bukti.

       Kriminologi menyoroti pentingnya pencegahan melalui sistem hukum yang tegas dan pendidikan kesadaran hukum di kalangan muda. Regulasi yang mendorong tanggung jawab moral dan hukum, seperti perlindungan hak-hak perempuan dalam hubungan, harus ditegakkan untuk mengurangi kasus serupa.

B. Perspektif Psikologi: Dinamika Emosi dan Kesehatan Mental

      Psikologi menyoroti pentingnya pengelolaan emosi dalam hubungan. Hubungan asmara yang tidak sehat sering kali ditandai dengan ketidakseimbangan kekuasaan, komunikasi yang buruk, dan ketidakmampuan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat. Dalam kasus ini, pelaku tampaknya tidak mampu menghadapi tekanan emosional akibat tuntutan korban, yang berujung pada tindakan kekerasan.

      Studi menunjukkan bahwa pendidikan emosional, seperti keterampilan menyelesaikan konflik dan manajemen stres, dapat membantu individu menghadapi situasi sulit tanpa beralih ke kekerasan. Hal ini penting terutama di kalangan remaja dan dewasa muda yang rentan terhadap konflik hubungan.

C. Perspektif Sosiologi: Peran Norma dan Budaya Lokal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun