Gubahan: MUJIBUR RAHMANÂ
A. Kepesantrenan
   Dalam kehidupan pesantren, seorang kiai sering kali tidak hanya berperan sebagai pengajar agama, tetapi juga sebagai pemimpin moral dan sosial. Wibawa dan pandangan seorang kiai sangat dihormati oleh para santri, sehingga arahan dan petuahnya kerap menjadi pegangan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, ketika musim politik tiba, peran ini bisa menjadi lebih kompleks, terutama saat kiai memberikan arahan politik yang spesifik kepada para santrinya.
B. Kiai dan pengaruhnyaÂ
    Kiai, dengan pengaruhnya yang kuat, mungkin merasa bertanggung jawab untuk membimbing santri dalam urusan politik, demi kepentingan yang lebih luas bagi masyarakat. Arahan untuk mendukung calon tertentu bisa diberikan dengan harapan bahwa calon tersebut akan membawa kebaikan bagi umat. Bagi banyak santri, ini adalah panggilan untuk menunjukkan kesetiaan dan ketaatan yang telah diajarkan selama bertahun-tahun di pesantren.
C. Perbedaan jalan politik
      di tengah badai politik yang sering kali penuh dengan dinamika dan intrik, santri tidak hanya sekadar pengikut yang pasif. Mereka juga adalah individu-individu yang berhak untuk berpikir, mempertimbangkan, dan pada akhirnya membuat keputusan sendiri. Di sinilah muncul dilema yang tidak mudah: bagaimana jika seorang santri merasa bahwa pilihan politik yang dianjurkan oleh kiai tidak sejalan dengan keyakinannya? Apakah menolak mengikuti arahan kiai adalah sebuah penghianatan atau sekadar bentuk dari hak demokratis yang sah?
     Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa dalam ajaran Islam, setiap individu bertanggung jawab atas keputusan yang mereka ambil. Meskipun ketaatan kepada kiai adalah hal yang sangat dijunjung tinggi, Islam juga mengajarkan pentingnya kebebasan berpendapat dan bertindak sesuai dengan nurani, selama itu didasari oleh niat yang baik dan pertimbangan yang matang.
      Hak memilih dalam pemilu adalah salah satu hak asasi yang dijamin dalam demokrasi. Setiap santri, sebagai warga negara, memiliki hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Pilihan ini mungkin didasarkan pada berbagai faktor, termasuk penilaian pribadi terhadap calon, visi dan misi yang ditawarkan, atau pandangan mereka tentang bagaimana negara seharusnya dijalankan. Tidak ada satu aturan pun yang mengharuskan semua santri untuk mengikuti arahan politik yang sama.
      Ketika seorang kiai memberikan instruksi terkait pilihan politik, hal ini biasanya didasarkan pada pertimbangan moral dan agama. Kiai mungkin merasa bahwa pilihan politik tertentu lebih sejalan dengan nilai-nilai Islam atau lebih bermanfaat bagi umat. Oleh karena itu, instruksi ini sering kali diikuti oleh santri sebagai bentuk ketaatan dan penghormatan. Namun, tidak semua santri mungkin sependapat dengan pandangan politik kiai. Ketika santri memutuskan untuk mengambil jalur politik yang berbeda, tindakan ini tidak serta merta dapat dikategorikan sebagai penghianatan atau dosa. Dalam Islam, tidak ada hukum yang secara khusus mengharamkan perbedaan pendapat dalam politik, selama perbedaan tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip dasar agama.
D. Menyikapi perbedaan pandanganÂ
      penting bagi santri untuk tetap menghormati kiai dan mempertimbangkan nasihat mereka dengan serius. Bagaimanapun juga, kiai adalah sosok yang memiliki pengalaman dan wawasan luas, yang sering kali melihat politik dari sudut pandang yang lebih strategis dan jangka panjang. Namun, ketika seorang santri memutuskan untuk memilih berbeda, ini bukan berarti mereka menolak kiai atau mencederai hubungan yang telah terjalin. Sebaliknya, ini adalah bentuk dari tanggung jawab pribadi dan hak demokratis yang harus dihormati.
       Dalam menghadapi badai politik, santri diharapkan mampu menjadi individu yang bijak dan matang dalam mengambil keputusan. Mereka perlu menggabungkan rasa hormat kepada kiai dengan kesadaran akan hak mereka sebagai warga negara yang bebas dan berdaulat. Pada akhirnya, meskipun pilihan politik bisa berbeda, nilai-nilai ketaatan, penghormatan, dan tanggung jawab tetap harus dijaga, baik dalam konteks agama maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
      Perbedaan pilihan dalam politik seharusnya tidak menjadi pemecah, tetapi justru menjadi ruang untuk dialog yang konstruktif dan saling pengertian. Di sinilah letak kekuatan dari sebuah pesantren, yang bukan hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membentuk santri menjadi individu yang mampu berpikir kritis, bijak, dan bertanggung jawab dalam setiap keputusan yang mereka ambil, termasuk dalam urusan politik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI