Diseberang jalan
Engkau menjemputku
Dengan dua payung
Satu kau pakai
Satu lagi payung kecil untukku
Karena
Ini musim hujan..
Kemudian mulai kau lambaikan tanganmu
Memanggil-manggil namaku
Namun ku abaikan
Karena lebih memilih bersenda gurau
Dengan teman-teman madrasahku..
Begitu asyik
Hingga kubiarkan baju yang kupakai
Mulai basah
Hanya tas berisi buku iqro'
Dan kopyah
Yang kutanggalkan pada kait payungmu..
Dan engkau mulai berkata-kata
Sedikit kudengar nada tinggi
Dan wajah terlihat kesal
Karena tak ku hiraukan..
Dan kini
Setelah kurang lebih
20 tahun semenjak
Ku lakukan hal itu..
Kau lihat kembali
Hal yang mungkin sama
Cucumu lakukan
Padaku yang
Tak menghiraukanmu
Kala itu..
Bermain hujan
Asyik
Dan aku sadari
Marahmu kala itu
Adalah kasih sayang..
Dan aku sadari
Engkau mungkin juga
Akan marah (kembali)
Padaku
Karena kubiarkan
Cucumu berlalu
Pulang
Tanpa payung kecil
Yang kubawakan..
Mungkin, mungkin
Jika kau masih
Ada disini..
Lahal-fatihah, ibu..
(Situbondo, 16 Maret 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H