Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

The Floating School: Berbagi di Tiga Pulau

18 April 2017   13:51 Diperbarui: 18 April 2017   14:12 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia dan timnya sadar tengah melakukan semacam intervensi sosial di tengah-tengah masyarakat. Mereka ketemu lingkungan baru yang harus dikelola dengan serius. Apalagi ini menyangkut dua aspek penting, pendidikan dan ekonomi. Satando, Saugi, dan Sapuli adalah tempat asing bagi mereka sebelum ini, lingkungan yang baru. Kekhawatiran untuk diterima juga ada sebelum mereka masuk. Tapi semuanya tertepis.

Sambutan masyarakat lokal yang mereka terima luar biasa. Sebaliknya The Floating School justru diterima dengan tangan terbuka. Justru, beberapa ide kelas-kelas itu berdasarkan ide dari warga. Seperti kelas prakarya, misalnya. Observasi sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya. Meski baru memasuki pekan kelima pembelajaran, sudah sejak 28 November mereka telah mengeksekusi segala persiapannya. Mulai pencarian funding hingga observasi ke tiga pulau.

Ammy tersenyum lebar dan membelalakkan mata, ia mengaku jika ini adalah sekolah apung pertama di Indonesia. Mereka menyewa Kapal Fitra Jaya 03 untuk membawa pangajar, buku-buku, dan relawan untuk mengajar di tiga pulau berbeda. Walau begitu, demi mengefektifkan mobilisasi, pekan-pekan terakhir ini semua kelas dipusatkan di satu pulau saja, Pulau Satando.

Aktivisme Sosial Mengubah Masyarakat?

Mereka belum bisa menjawab sejauh itu. Tapi ilustrasinya, Ammy melihat sedikit demi sedikit ada perilaku yang menurut mereka positif. Misalnya, tanpa kendala berarti langsung diterima oleh masyarakat. Bisa saja mereka dicegat, tidak diperbolehkan mengangkut anak-anak belajar dari Pulau Saugi dan Sapuli lalu memulangkannya kembali setelah belajar. Mereka berani dan percaya dengan The Floating School sejak awal kedatangannya.

Hal kedua adalah, kepercayaan diri masyarakat, khususnya anak-anak memang meningkat. Pekan pertama mereka masih malu-malu menyanyi. “Hanya di awal saja mereka  masih malu-malu, sekarang di suruh menyanyi pun mereka sudah pede.” kata Ammy.

Jamal misalnya, di kelas fotografi ia dari awal sudah menunjukkan bakat alami. Tiga pekan lalu ia dipinjami kamera saku oleh faslitator. Ia berkeliling kampung dan berhasil mengambil sekira 10 gambar. Kesemuanya punya cerita yang menarik dan sudut pandangnya juga tidak biasa bagi ia yang baru saja memegang kamera. “senang sekali melihat ada anak yang seperti itu di Floating School” terang Nunu Al Marwah Asrul, rekan Ammy yang juga bersama-sama mendirikan The Floating School.

Faslitator kelas menyanyi dan musik dan kelas menulis adalah orang Pangkep asli, dan berdiam di kota Pangkep. Hasilnya, anak-anak merasa punya proksimitas dan percaya diri yang besar untuk berkreasi di depan para pengajar.

Di Kelas menulis contohnya, sepanjang yang saya amati, Idrus dan Wani mampu menunjukkan aspek bahasa yang baik. Pada satu sesi oleh fasilitator mereka berdua diajak menghabiskan waktu di luar kelas mengamati kehidupan kampung. Tiga puluh menit kemudian, secara tiba-tiba mereka bisa merangkai larik-larik puisi tentang Pulau Satando dan kehidupan mereka sebagai anak-anak laut.

“Kami percaya kami bisa membuat anak-anak ini memamerkan sesuatu. Apa yang berharga dari kampung-kampung mereka.” Di akhir bulan ke-enam, kami akan melakukan pameran karya dan kreasi di Pulau Cambang-Cambang. Pulau ini merupakan pusat wisata di daerah Pangkajene Kepulauan. Ammy membayangkan misi The Floating School akan jauh melampaui apa yang telah mereka raih dua bulan ini.

Kepercayaan ini rencananya akan dibayar lunas dengan baik oleh tim The Floating School. Mereka sudah menyiapkan satu pegelaran. Kelas Musik akan memamerkan kelihaiannya dan membuat video rekaman, Kelas Foto akan mengadakan pameran foto, Kelas Menulis akan menyajikan sebuah peluncuran buku karya anak-anak, dan banyak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun