Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diseminasi Informasi oleh Orang-orang di Blogger Anging Mammiri*

25 November 2016   08:53 Diperbarui: 25 November 2016   09:07 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, saya punya tips yang menarik bagaimana sebuah deskripsi itu dibangun secara pelan-pelan lalu kemudian menenggelamkan pembaca dalam pusaran peristiwa.

Ada satu Novel klasik Indonesia yang patut dibaca bagi para pemburu deskripsi. Judulnya Harimau! Harimau karya Muchtar Lubis. Saking jelasnya objek dan situasi yang ia gambarkan dalam karyanya, beliau diganjar kalangan sastrawan dengan julukan “PELUKIS SUASANA”. Hebat kan.

Nah, kemudian yang terakhir adalah Wawancara. Proses ini begitu penting karena kita akan mengorek informasi dan melakukan konfirmasi terhadap hal-hal yang ingin kita tulis. Apalagi, wawancara membantu kita menggali perspektif orang biasa terhadap suatu masalah.

Contohnya, kita akan menulis tentang trend bermain futsal di kalangan anak-anak muda yang sedang tinggi di kota Makassar. Jika saya seorang blogger, maka kemungkinan saya akan melakukan hal-hal berikut:

  • Saya akan mendatangi dua atau tiga tempat lapangan futsal dan melakukan wawancara dengan beberapa kelompok pemuda yang sementara menyewa tempat.
  • Saya akan bertanya pada petugas parkir mengenai keriuhan anak-anak muda di lapangan
  • Saya akan mendatangi beberapa pemilik tentang omset dan intensitas penyewaan lapangan futsal.
  • Saya akan mendatangi penjual sepatu bola yang harganya murah meriah di jalan Kumala di lorong sempit menuju Stadion Andi Mattalatta atau penjual jersey yang banyak di jalan-jalan.

Nah, kebayang kan nantinya kayak gimana? Tidak rumit, hanya butuh keseriusan dan rasa penasaran. Hehe. Siapkan notes, media perekam jika diperlukan, atau minimal ingatan (weits jago.hehe).

Setidak-tidaknya lakukan hal berikut dalam mewawancara3: buar kerangka wawancara, daftar narasumber, dan menjaga etika dengan tiap-tiap tipe narasumber. Khusus untuk yang terakhir, akan sangat berbeda jika dialog dilakukan dengan masyarakat biasa dan pejabat misalnya.

Meski begitu, di antara semua teknis-teknis wawancara yang barangkali pernah kita pelajari, hal yang penting menurut saya ialah mendengarkan dengar aktif, mendengar dengan sabar, gunakan bahasa-bahasa yang fokus dan dimengerti untuk mendapatkan penjelasan.

Gambarannya, ya, kita sedang dalam intensi untuk mendengar, bukan untuk berdialog apalagi berdebat. Dalam sebuah video TEDTalk, memaksimalkan perhatian pada objek wawancara membuat orang lain akan menjadi respek dan membuat orang lain merasa aman untuk membocorkan apapun rahasianya pada Anda. Jadi, merasa bodohlah dihadapan narasumber. Hehe…*ups

Di atas semua hal yang sudah disebutkan, satu hal yang begitu ditekankan dalam percaturan Anging Mammiri, bahwa proses belajar tidak boleh dihentikan. Terus belajar, membaca, membaca, dan membaca. Lalu menulis, menulis, dan menulis.

Hampir lupa, di Anging Mammiri juga ada grup Blogger MAM (Makkunrai Anging Mammiri) lho. Makkunrai dalam bahasa Bugis artinya Perempuan. Lalu lintas dan proses belajar juga terjadi di kelompok blogger perempuan Makassar selain Tudang Sipulung atau kopi darat resmi yang diadakan sebulan sekali.

Oiya, bagi teman-teman yang ingin merasa ada ikatan dengan Makassar. Tidak penting sejauh mana, cukup Anda merasa memiliki perasaan senang bila nama Makassar disebutkan, silahkan bergabung dalam komunitas ini. Dan mulailah mengabarkan apa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun