Mohon tunggu...
Mujahid Zulfadli AR
Mujahid Zulfadli AR Mohon Tunggu... Guru - terus berupaya men-"jadi" Indonesia |

an enthusiast blogger, volunteer, and mathematics teacher | https://mujahidzulfadli.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Apapun) Cita-cita Anak, Orang Tua (Sebaiknya) Mendukung

9 September 2016   20:17 Diperbarui: 9 September 2016   20:25 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua poin di atas, bukanlah jaminan tentunya. Atau rumus pakem yang harus dipatuhi agar kehidupan anak bisa lebih baik . Tetapi, saya percaya bahwa seperti bangsa-bangsa di dunia lain yang memiliki punya basic value,Indonesia mesti punya semacam kultur yang bisa kita bangun keroyok bersama-sama. Jepang punya “Bushido” misalnya. Semangat dari nilai-nilai inilah yang mempersatukan kita semua untuk memberikan kekuatan terbesar pada bangsa: investasi sumber daya manusia.  

Kita tahu bangsa yang kuat ialah bangsa dengan gabungan dan kumpulan individu-individu yang cemerlang. Sialnya, pendidikan benar-benar merupakan satu-satunya katrol untuk menghasilkan pribadi-pribadi yang demikian. Tidak ada jalan lain.

Bonus demografi di tahun 2030 dengan jumlah usia produktif yang jauh lebih besar, insya Allah bakal menjadi tidak maksimal dengan anak-anak bangsa yang tidak kompetitif dan tidak punya daya saing tinggi. Sekali lagi, prioritas pendidikan, harus jadi yang terdepan. Finlandia butuh lebih 35 tahun menyukseskan sistem pendidikannya yang membuat Amerika terpaksa jadi iri. Memakan waktu yang lama? Iya, tidak ada masalah.

Investasi pendidikan akan sangat jauh lebih berharga. Merujuk istilah asuransi, future value nya memiliki nilai yang begitu besar. Karena, kita semua, berinvestasi pada perencanaan pembangunan manusia.  

Atau, jangan-jangan,,, kita perlu tidur dan bermimpi bahwa Indonesia langsung bisa berada dalam percaturan international tanpa pendidikan dan pola pikir yang lebih baik?  Atau, jangan-jangan,,, kita ingin melihat lebih banyak lagi Kelvin-Kelvin yang lain tidak bisa meneruskan sekolah karena minimnya biaya? Tentu tidak, bukan?

Kesadaran (ber) Asuransi: Proteksi dan Investasi dari Bumiputera

Ilustrasinya begini, seorang warga negara lain memegang 3 polis asuransi berbanding seorang Indonesia yang hanya 1 polis. Menurut pengakuan Ibu Ana, baru sekitar 15% penduduk Indonesia yang ber-asuransi. Itupun, 40% dari angka tersebut ditujukan untuk pembiayaan perencanaan pendidikan.

Kondisi ini begitu jauh berbeda jika kenyataannya, asuransi hanya menjadi sekedar pilihan saja. Bisa ambil bisa juga tidak. Jadi, wajar saja jika orang-orang di luar negeri sana, yang merupakan persona-persona yang upcoming-future minded -di tengah ketidakpastian- merasa begitu secure. Mengapa? ya, karena memiliki perencanaan yang baik. Lagi-lagi, menyiapkan payung sebelum hujan benar-benar datang.

Bumiputera, yang philosophische grondslag-nya lahir dari gerakan Bodi Oetomo dan spirit pergerakan nasional, sebenarnya punya jaring untuk mengatasi masalah-masalah pendidikan ini dengan memberikan bantuan planning pendidikan dan proteksi umum bagi masyarakat Indonesia.

Bentuk perusahaan ini adalah mutual company dengan policyholders representative yang merupakan a group of expertise dari berbagai daerah di Indonesia. Perusahaan ini berangkat dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat juga kembalinya. Mengkhusus kepada pendidikan, Bumputera menyediakan sejumlah produk untuk para calon pemegang polis.

Mitra Cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun