Mohon tunggu...
Mujahidil Anshari
Mujahidil Anshari Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswa dan Tantangan Persoalan Kebangsaan

1 April 2019   23:59 Diperbarui: 2 April 2019   02:58 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih berganti malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air,  lalu dengan itu dihidupkan --Nya bumi setelah kering (mati), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan anatara langit dan bumi (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti/memikirkan" (Qs.Al-Baqarah: 164) 

Para pemuda sekarang ini sudah tidak memikirkan bangsa ini, jargon yang disematkan para founding father kita sudah tidak bisa di andalkan lagi, kata soekarno dulu "Berikan saya 10 pemuda, akan saya guncangkan dunia" kata fenomenal tersebut sudah hilang jika melihat pada realita pemuda sekarang ini. Pemuda yang diharapkan kontribusinya untuk melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa sudah di sibukkan dengan era digital.

Dengan adanya era sekarang ini, pemuda dapat memanfaatkan media untuk menyalurkan pemikiran-pemikiran sumbangsih kepada bangsa ini umtuk memajukan bangsa ini kedepannya. Sikap apatis yang dimiliki oleh para  pemuda hati ini cukup untuk memecah belah bangsa ini, karena kita sebagai pemuda tidak peduli dengan jati diri kita tidak peduli dengan jati diri kita sendiri, bahwa bangsa ini adalah bangsa yang bergotong royong, bangsa yang membutuhkan peran pemudanya.

Pemuda dan kaum terpelajar saat ini hanya lebih menyadari akan keterhadapannya secara sempit pada kehidupan dan kepentingan pribadinya saja. Masalah seputar bagaimana cepat selesai kuliah kemudian mendapat kerja dan membahagiakan keluarga. Sindrome pragmatisme, gaya hidup yang serba hedon, dan budaya konsumerisme kian menjangkit para pemuda masa kini.

Bahkan sikap acuh tak acuh mahasiswa hari ini untuk keilmuan dan literasi sudah sangat cukup untuk kemororsotan bangsa Indonesia dan Islam itu sendiri. Bahkan beberapa survei nasional mengatakan, "Indonesia adalah negara yang peminat bacanya urutan ketiga dari bawah", karena kebodohan adalah kecelakaan individu manusia yang sangat menyakitkan. Yang harus kita ketahui bahwa pisau yang tajam adalah pisau yang tempahannya lebih kuat dan keras, dan pastikan tempahan yang halus dan lembek hanya akan mencetak pisau yang tumpul.

Menjadi sebuah kader dalam sebuah organisasi tentulah tidak mudah, itu membutuhkan semangat dan tekad bulat demi mencetak kader yang militan dan tentunya semangat untuk mengabdikan diri. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir karena menjadi suatu kebutuhan dalam menjawab tantangan zaman.

Berdirinya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia bermula dengan adanya hasrat kuat para mahasiswa NU untuk mendirikan organisasi mahasiswa yang berideologi Ahlusssunnah wal Jama'ah. PMII adalah organisasi yang paling tepat bagi mahasiswa Islam Indonesia khususnya, organisasi lain bukan tidak tepat atau kurang cocok, tapi bagi saya PMII adalah organisasi yang bisa merangkul antara nilai ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan.

Ada organisasi yang cuman militan di Islamnya saja, sehingga ke-Indonesiaannya tidak ada. Dan ada pula yang cuman memfokuskan ke-Indonesiaannya saja sedangkan nilai ke-Islamannya kurang. Sehingga akan mengakibatkan pincang sebelah nantinya.

PMII adalah organisasi yang komplit menggabungkan nilai ke-Islaman dan Ke-Indonesiaannya, sehingga dapat berjalan beriringan dan tidak pincang sebelah tentunya. Mengabdi di PMII bukan hal yang mudah dan gampang, butuh sebuah perjuangan dan latihan pengkaderan tentunya, kita harus mengikuti beberapa tingkatan pengkaderan, dari tingkat awal di kenal dengan sebutan MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) disini para peserta awal di gembleng dengan materi-materi awal untuk membuat cakrawala kita tentang seluk beluk PMII, setelah MAPABA naik tingkatan lagi ke pengkaderan yaitu dikenal dengan sebutan PKD.

Di MAPABA ini selama pengalaman yang aku jalani pelatihan tersebut, para anggota di latih selama tiga tiga malam itu standar latihan, siang hari siang malam para anggota di suguhi dengan materi-materi tadi dari para senior yang telah lama dan lebih awal mengabdikan dirinya di pergerakan. Sama juga di PKD untuk menjadi kader penggerak di mantapkan lagi dengan materi-materi yang lebih mendalam.

Para anggota PMII belum dikatakan kader hanya saja masih dalam tahap anggota atau peserta, nantinya untuk menjadi kader atau penggerak mujahid harus mengikuti PKD (Pelatihan Kader Dasar). Pelatihan Kader Dasar merupakan jenjang kaderisasi formal yang di atur dalam organisasi PMII sebagai gerbang awal untuk berproses menjadi kader pergerakan.

Jenjang awal untuk memperluas wawasan, membentuk mental awal dan wacana yang progresif, proses internalisasi terkait soal nilai dan ideologi PMII agar benar-benar memiliki kesadaran yang tinggi yang berintegritas dan nanti mampu berdispora dan melebur di kalangan masyarakat manapun.  Semakin tinggi tingkatan pengkaderan, maka semakin berat pula perjuangan yang harus di hadapi, memang tidak mudah untuk menjadi kader yang betul-betul mengabdikan diri dan memberikan kontribusi kepada PMII.

Perjuangan mahasiswa tidak akan pernah selesai di pengkaderan saja. Karena masih banyak problem sosial, selalu datang bersama dengan eksistensi kemanusiaan. Masalah adalah bagian dari sunnatullah. Ikhtiar adalah cara yang perlu dilakukan oleh mahasiswa, agar kehadirannya bisa berfungsi sebagai solusi, bukan malah menambah beban masalah baru, bagi realitas kebangsaan kita.

Setiap era mempunyai tantangan dan kebutuhan berbeda-beda. Termasuk dalam konteks kekinian, dimana hari ini negara sedang di himpit oleh gerakan neo fundamentalisme agama dan neo liberalisme.

Gerakan fundamentalisme agama yang berkeinginan keras mendirikan negara islam dengan cara- cara kekerasan dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang dibangunnya, padahal cara tersebut sangat bertentangan dengan Islam lebih-lebih kemanusianya,  sebenarnya telah ada sejak masa awal berdirinya NKRI, pada saat itu mereka memberontak melalui gerakan DI/TII guna mendirikan negara islam dan menolak pancasila. Setelah pada saat itu gerakan mereka berhasil diredam termasuk oleh NU, memasuki era reformasi gerakan mereka hidup lagi dalam bentuk yang lebih modern, yakni bentuk gerakan dakwah, teror dan politik. Keberadaan mereka sampai saat ini berkembang denan cukup pesat dan dinamis.

Disisi yang lain, memasuki era globalisasi, semuanya menjadi terbuka, dan nilai-nilai lain, telah masuk ke dalam segala sendi. Terutama yang menjadi persoalan pelik di Indonesia adalah tantangan neoliberlisme yang merasuki kehidupan berbangsa dan bernegara dari berbagai sisi, seperti regulasi dan tataran undang-undang negara. Sehingga, tidak pelak, negara kita, dari produk undang-undangnya telah terkepung dari berbagai sisi oleh neoliberalisasi.

Selain itu, neoliberalisasi juga menyerang sektor budaya, pendidikan, politik, dan ekonomi. Keadaan seakan ditentukan oleh kekuatan luar. Negara tidak berperan berarti. Akhirnya, yang menjadi korban adalah rakyat banyak. Imbas yang dirasakan, terutama terlihat, menurunnya daya beli masyarakat dan merebaknya budaya hedonisme masyarakat akibat dari efek negatif neoliberalisasi. Hedonisme ini mengakibatkan, nilai-nilai kebangsaan, kenegaraan dan hingga kemasyarakatan, hanya menjadi bias. Tanpa nilai tawar yang berarti, tertukar oleh uang, dan sejenisnya. Akhirnya Pancasila hanya menjadi mitos yang makna dan nilai-nilainya seakan telah tergadaikan, dan tak lagi membumi. Tidak diamalkan sebagaimana mestinya, dan hingga hanya menjadi bacaan hapalan saja. 

Sementara ideologi Indonesia adalah pancasila. Dan kajian lebih lanjutnya, akar dari ideologi pancasila, adalah aswaja dan budaya nusantara. Nilai-nilai dari pancasila, merupakan kristalisasi dari nilai-nilai aswaja, yang mempunyai dimensi keagamaan, kebangsaan, hingga kemasyarakatan.

Dengan demikian, gerakan mahasiswa PMII kedepan adalah:

gerakan penguatan aqidah aswaja, meliputi gerakan aqidah, syariah dan akhlak/ tasawuf.

gerakan penguatan pancasila sebagai idiologi Negara dalam kehidupan dan regulasi berbegara.

pengembangan basis akademik (Pendidikan, penelitian, pengabdian)

penguatan skill seperti, menulis, seni budaya, interpreunership, dsb.

Oleh sebab itu peran pemuda diharapkan dapat menangkal pergulatan ideologi yang semakin hari semakin mencekam pada negeri ini. Mahasiswa yang katanya menyandang agent of change, agent of social control, agent of knowledge yaitu, suatu agen perubahan sosial yang akan memberikan perubahan terhadap peradaban manusia kedepannya yang di nanti-nantikan dan di harapkan oleh masyarakat dapat memberikan bukti nyata bukan cuman kata-kata yang membungkusnya.

Soekarno pernah mengatakan "Mati adalah pilihan terhomat bilamana para pemudanya hanya menjadi sampah-sampah peradaban." Pernyataan soekarno ini menetang keras para kaum pemuda terpelajar khususnya, maka tiada revolusi di kasur tidur kerjaannya tidur makan tidur lagi makan lagi apakah seperti itu makna kehidupan? Itu evolusi bung!

Dalam sebuah pidatonya, Soekarno mengatakan "Penjajah tidak akan punah dan tidak sudi enyah dari muka bumi Indonesia ini, meskipun proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 telah kita cetuskan!" Sementara itu Bung Hatta pada lain kesempatan juga mengatakan bahwa "Setelah perjuangan senjata berakhir bangsa ini masih harus meneruskan perjuangan yang jauh lebih terjal dan rumit lewat pena dan pasar."

Tentunya, kedua proklamator itu tidak sedang bermain kata-kata atau pun melempar dadu spekulatif untuk memproyeksikan tantangan bangsa ini dimasa yang akan datang. Perenungan sejenak untuk membuka hati kita atas kedua kutipan dari kedua proklamator kita ini akan memberikan gambaran yang simpul tentang keadaan bangsa ini ditengah himpitan arus globalisasi pada masa kini. Serentetan permasalahan yang menjadi PR besar untuk bangsa ini khususnya pada para pemuda sebagai generasi penerus ini demi keberlangsungan bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun