Mohon tunggu...
Humaniora

Proses Adaptasi Komunikasi Masyarakat Indonesia Terhadap Negara Lain

5 Februari 2016   08:59 Diperbarui: 5 Februari 2016   09:34 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

·         Menghibur

fungsi ini juga sering tampil pada proses komunikasi antar budaya misalnya menonton tarian hula-hula dan hawaian di taman kota yang terletak di depan Honolulu zaw, Honolulu, hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antar budaya.

Berhubung dengan Tema yang saya angkat berikut saya melampirkan  hasil review dengan salah satu orang Indonesia yang tinggal di jepang

 

1.      Proses komunikasi saat pertama kali berada di Jepang.

 

Saya ke Jepang untuk pertama kali pada tahun 2000 bulan Maret untuk kuliah. Saat pertama kali saya ke Jepang tentu saja saya tidak bisa berbahasa Jepang dan juga tidak pernah belajar bahasa Jepang secara formal sebelumnya di Indonesia. Dengan demikian saya tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Jepang saat pertama kali tiba di Jepang. Karena saya belum bisa berbahasa Jepang maka awalnya saya berkomunikasi dengan mahasiswa Jepang dan mahasiswa asing menggunakan bahasa Inggris. Berkomunikasi dengan sesama mahasiswa asing menggunakan bahasa Inggris sangat membantu saya untuk beradapatasi dengan kehidupan baru saya di Jepang. Akan tetapi hanya dengan menggunakan bahasa Inggris tidak begitu membantu, karena saya juga tetap harus berkomunikasi dengan mahasiswa Jepang yang umumnya tidak bisa berbahasa Inggris. Dengan demikian selama setahun saya berusaha untuk bisa menguasai bahasa Jepang agar bisa berkomunikasi dengan orang Jepang bukan hanya di lingkungan kampus tetapi juga di luar kampus, misalnya saat saya harus berbelanja di supermarket atau naik taksi, maka saya juga harus bisa berbahasa Jepang.

 

2.      Kesulitan dalam berkomunikasi.

Kesulitan dalam berkomunikasi tentu saja sangat terasa jika tidak menguasai bahasa setempat di mana kita berada. Dalam hal bukan hanya masalah bahasa tetapi juga berhubungan dengan masalah budaya setempat. Bagaimana kita mengungkapkan atau menyampaikan apa yang kita pikirkan dan rasakan supaya bisa dimengerti dengan baik.

Dalam bahasa Jepang ada beberapa tingkatan yang berbeda saat kita berbicara dengan teman, dosen ataupun orang yang kita hormati. Semua bentuk penyampaiannya berbeda-beda, dan jika kita tahu membedakannya akan memberikan kesan yang tidak sopan terhadap lawan bicara. Dalam masyarakat Jepang, saat kita menyampaikan pikiran atau perasaan, kita harus memikirkan reaksi yang mungkin timbul dari lawan bicara, maka kehati-hatian dalam berkomunikasi itu sangat perlu. Sebagai salah satu contoh, saat kita menawarkan makanan kepada seseorang, kita harus menyampaiankan dengan ungkapan yang merendah. Ungkapan yang biasa disampaikan misalnya saya membuat kue dan saya tidak tahu apakah ini cocok dengan lidah Anda, tapi jika berkenan silahkan coba. Kita tidak langsung mengatakan bahwa kue ini enak, walaupun kita yakin sekali bahwa kue yang kita buat enak, tapi saat menyampaikan kita merendah diri demi menghargai lawan bicara. Dan orang yang mencicipi kue yang kita buat biasanya akan mengucapkan oh kuenya enak, terima kasih. Walaupun mungkin kue itu tidak terlalu enak, kita biasanya harus mengatakan bahwa kuenya enak demi menghargai perasaan orang yang telah membuat kue tersebut. Contoh lain misalnya, saat seseorang mengajak untuk bertemu, maka jika jawabannya “baik, akan saya pikirkan”, biasanya ungkapan itu pada umumnya secara tidak langsung menyatakan menolak untuk bertemu karena ada keengganan untuk mengatakan “tidak” secara langsung. Hal itu awalnya kurang saya pahami, tetapi lama kelamaan saya menjadi mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun