Mohon tunggu...
Mujab Mujab
Mujab Mujab Mohon Tunggu... Buruh - Wahana menuangkan karya dan gagasan

Saya aktif di Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah. Selain itu aktif di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah sejak tahun 2003 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anjay, Pentingkah untuk (Dibahas) Anak Indonesia?

9 September 2020   22:14 Diperbarui: 11 September 2020   19:01 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua anak tengah bermain air hujan di Salatiga (Dokpri)

Anak anak kemudian kehilangan banyak kesempatan mengambil momentum dari lompatan teknologi demi menuruti kekhawatiran dan ketakutan tadi.

Menuju tahun emas Indonesia 2045

Tahun emas kemerdekaan Indonesia sudah diingatkan oleh Jokowi saat memberikan sambutan pada pidato pelantikannya sebagai presiden periode kedua. Pengingat ini disampaikan kepada bangsa Indonesia saat ini agar bersiap dan melakukan segala sesuatu untuk menyongsongnya. 

Pengingat ini adalah ditujukan untuk anak anak hari ini, penduduk Indonesia usia 0-18 tahun yang di tahun 2045 di tangan merekalah Indonesia akan menjadi seperti apa. Waktu itu Jokowi mengangkakan Indonesia dengan menyebutkan bahwa Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai US$ 7 triliun. 

Indonesia sudah masuk 5 besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen. Kita harus menuju ke sana. Atau bisa dilihat dalam bagian sambutan di atasnya: Insya Allah, Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Indonesia telah menjadi negara maju dengan pendapatan menurut hitung-hitungan Rp320 juta per kapita per tahun atau Rp27 juta per kapita per bulan.

Jika berbicara tentang pendapatan tidak bisa dilepaskan dari faktor pekerjaan. Di tahun 2045 banyak pekerjaan hari ini yang mungkin sudah tergantikan dengan mesin, tergantikan system atau hilang sama sekali. Tapi di tahun itu akan muncul jenis jenis pekerjaan baru, kebutuhan akan kompetensi kompetensi baru, profesi  baru, baik karena disebabkan oleh lahirnya system system baru atau karena pekerjaan dan profesi lama tadi sudah tidak relevan lagi. 

Untuk menuju ke situ Indonesia (wabil khusus pihak yang memperhatikan perkembangan dan perlindungan anak) sangat penting bahkan mendesak untuk melakukan sejumlah hal. Misalnya melakukan analisis social, riset, studi, dan langkah langkah yang dipandang perlu dalam menemani anak anak Indonesia siap untuk menyongsong Indonesia tahun 2015 dengan output  sebagai berikut:

  • perlu dirumuskan upaya dan langkah kerja bersama  agar anak indonesia terbebas dari kemiskinan, kekerasan, dan perlakuan tidak adil dari berbagai aspek
  • perlu membuat rekomendasi atas terwujudnya system pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan anak yang unik, visoner, kreatif, dan memiliki spectrum yang luas
  • perlu merumuskan peta jalan agar anak indonesia memperoleh akses pendikan sehingga memiliki mental yang tangguh, kuat, tidak lemah, merdeka, kreatif, dan inovatif
  • perlu peta jalan agar anak indonesia memiliki akses yang cukup untuk mengembangkan diri dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0 karena anak hari ini tentu memiliki tantangan yang berbeda dengan tantangan yang ada hari ini
  • perlu peta jalan bagaimana perkembangan teknologi yang ada hari ini bisa menjadi sarana dan peluang bagi anak anak untuk menyiapkan diri. Perkembangan teknologi adalah peluang sehingga harus dipelajari, dan bukan ancaman yang harus dihindari.

Dua puluh lima tahun itu lama untuk sebuah rentang kekuasaan, tetapi tidak lama untuk mewujudkan kesiapan sebuah bangsa. Indonesia tahun 2045 akankan terwujud seperti mimpi Jokowi yang ditetapkan menjadi mimpi bangsa ini melalui pidato politiknya?

Atau bangsa Indonesia akan terbangun dan menemukan dirinya masih berada di posisi hari ini sementara bangsa bangsa lain sudah berjalan jauh, sehingga pidato politik tinggal pidato politik dan anak Indonesia entah dimana?

Eh... Anjay nya lupa kebahas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun