Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid Nurul Bahri, Kenangan Safari Ramadan di Pulau Seribu

30 April 2021   23:27 Diperbarui: 30 April 2021   23:30 1813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Nurul Bahri di Pulau Sabira Kepulauan Seribu (Dok. MUIS SUNARYA)


Lebih dari satu dekade yang lalu, tepatnya tahun 2010, ketika itu saya bertugas di Kepulauan Seribu, ada satu masjid yang menyimpan kisah dan kenangan dalam perjalanan hidup saya.

Masjid ini terletak di Pulau Sabira, salah satu pulau di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta.

Masjid yang pernah saya kunjungi sekali-kalinya saat safari Ramadan 2010 ini bernama "Nurul Bahri" yang artinya "Cahaya Laut" yang berada di Pulau Sabira, satu-satunya pulau terpencil dan terjauh letaknya yang ada Kepulauan Seribu jika ditempuh dari kota Jakarta, bahkan justru lebih dekat ke Lampung atau Bangka Belitung.

Mengenal Lebih Dekat tentang Kepulauan Seribu

Menyebut Kepulauan Seribu tentu yang terbayang adalah hamparan laut dan gugusan pulau. Tetapi jangan salah walaupun disebut "seribu", bukan berarti di Kepulauan Seribu terdapat seribu pulau, atau pulaunya berjumlah seribu. Tidak begitu. Benar, disebut seribu karena pulaunya itu banyak.

Tidak semua pulau berpenduduk atau dihuni warga masyarakat. Hanya ada sebelas pulau yang menjadi pemukiman warga. Sisanya adalah pulau-pulau pribadi, pulau-pulau wisata eksklusif, dan pulau-pulau suaka marga satwa, cagar alam dan cagar budaya.

Dulu Kepulauan Seribu ini adalah salah satu wilayah kecamatan di Kotamadya Jakarta Utara. Sejak tahun 1999, Kepulauan Seribu ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Administrasi. Pusat pemerintahannya adalah Pulau Pramuka. Ini berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara RI Jakarta. 

Kepulauan Seribu memiliki dua kecamatan, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan dan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan membawahi tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Pari dan Kelurahan Pulau Untung Jawa.

Sedangkan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara membawahi tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Kelapa, dan Kelurahan Harapan. Saya sendiri bertugas di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara ini.

Tidak semua pulau berpenduduk, atau dihuni warga masyarakat. Hanya ada sebelas pulau yang menjadi pemukiman warga. Sisanya adalah pulau-pulau pribadi, pulau-pulau wisata eksklusif, dan pulau-pulau suaka marga satwa atau cagar alam/budaya.

Kesebelas pulau itu yang termasuk wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, yaitu Pulau Pramuka, Pulau Panggang, Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua, Pulau Harapan dan Pulau Sabira. 

Pulau Sabira (Foto: IDNTIMES.COM)
Pulau Sabira (Foto: IDNTIMES.COM)
Sedangkan yang termasuk wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, yaitu Pulau Tidung Besar, Pulau Tidung Kecil, Pulau Lancang, Pulau Pari, dan Pulau Untung Jawa.

Kepulauan Seribu bisa ditempuh melalui dermaga Marina Ancol, dermaga Muara Baru Muara Angke Penjaringan, atau melalui Tanjung Pasir dan Rawa Saban Tangerang.

Lama waktu tempuh tergantung pulau tujuan dan cuaca (angin). Rata-rata jika pakai kapal cepat (speedboat) bisa 1 - 1,5 jam. Sedangkan pakai kapal biasa (kapal kayu tradisional) sekitar 3 - 3,5 jam.

Berangkat biasanya pukul 07.30 dari Jakarta ke Kepulauan Seribu. Dan sebaliknya, Kalau dari Kepulauan Seribu ke Jakarta, ada dua jadwal waktu keberangkatan, yaitu pukul  07.30 dan pukul 13.00.

Kenapa harus berangkat pagi hari? Karena menghindari angin kencang yang menyebabkan gelombang tinggi. Kalau pagi, angin dan ombak laut itu relatif tenang atau tidak kencang. Tetapi semakin siang, sore atau malam hari biasanya angin kencang dan ombaknya besar.

Kecuali musim angin barat biasanya anginnya kencang dan otomatis ombaknya juga besar. Maka sering kapal-kapal (dihimbau) tidak melaut, libur dulu melayani penumpang.

Baca juga: Rayuan Kepulauan Seribu dan Laut yang Masih Perawan 

Saat saya berkunjung ke Pulau Sabira itu dalam rangka melaksanakan kegiatan rutin Pemda Kabupaten Kepulauan Seribu pada setiap Bulan Suci Ramadan yang dikenal dengan "Safari Ramadan" atau kunjungan Ramadan ke daerah-daerah yang merupakan wilayah adminiatrasi Pemda Kapupaten Kepulauan Seribu.

Dalam Safari Ramadan ini saya bersama-sama Bupati yang saat itu dijabat oleh H. Burhanuddin, dan kebetulan saya sudah lama kenal baik, jauh sebelum sama-sama bertugas di Kepulauan Seribu.

Kami berangkat ke Pulau Sabira, bertolakbdari Pulau Pramuka, pusat "kota perkantoran" Kabupaten Kepulauan Seribu, sekitar pukul 14.00 dengan kapal cepat yang sudah disiapkan oleh pihak Kabupaten. Perjalanan ke Pulau Sabira berlangsung lancar walaupun ombaknya lumayan besar, dan tiba dengan selamat di dermaga pulau tujuan, Pulau Sabira satu jam kemudian.

Sambutan meriah, ramah dam sukacita masyarakat Pulau Sabira yang mayoritas adalah keturunan orang Bugis, membuat saya dam rombongan Bupati sangat senang dan terharu. Keakraban dan kekeluargaan begitu tampak dari perlakukan masyarakat Pulau Sabira.

Pertama-tama saya dan romongan safari Ramadan beristirahat dan ditempatkan di kediaman salah seorang tokoh masyarakat Pulau Sabira.

Setelah beristirahat beberapa menit, tidak lama masuk waktu salat Asar. Saya bersama rombongan dan masyarakat Pulau Sabira menuju masjid Nurul Bahri itu untuk menunaikan salat Asar.

Plang atau papan nama Masjid Nurul Bahri, satu-satunya masjid di Pulau Sabira (Dok. MUIS SUNARYA)
Plang atau papan nama Masjid Nurul Bahri, satu-satunya masjid di Pulau Sabira (Dok. MUIS SUNARYA)
Sebermula menapakkan kaki dan memasuki masjid Nurul Bahri ini, saya merasakan aura kedamaian, kesyahduan, dan kesejukan merasuki ruang batin saya.

Salat Asar berjemaah didirikan, dan kebetulan saya didapuk oleh Bupati dan jemaah untuk mengimami salat.

Setelah usai salat Asar, kami semua tetao berada di masjid diselingi acara ramah tamah sambil menunggu persiapan serangkaian acara menjelang berbuka puasa bersama.

Sampai tiba saatnya acara jelang berbuka puasa bersama yang diisi dengan sambutan-sambutan dari perwakilan tokoh masyarakat Pulau Sabira, Bupati, dan terakhir kultum (kuliah tujuh menit), yaitu sebutan untuk ceramah pendek yang sebenarnya bisa saja durasinya tepat tujuh menit, tapi kebiasaannya bisa saja lebih dari itu. 

Dan lagi-lagi saya didapuk untuk menyampaikan kultum ini. Saya memang harus serba siap dan stand by untuk urusan-urusan seperti ini. Termasuk nanti salat Magrib, salat Isya plus salat Tarawih, saya tetap kebagian untuk mengimami. 

Sedangkan ceramah sebelum salat Tarawih yang menyampaikan adalah Bupati H. Burhanuddin yang asli Bima NTB keturunan kesultanan Bima, notabene agamis dan terbilang ustaz.

Masjid Nurul Bahri adalah satu-satunya masjid yang ada di Pulau Sabira ini sebagai pusat aktivitas keagamaan masyarakat Pulau Sabira. Model bangunannya tampak sederhana. Artinya tidak semegah masjid-masjid di darat (di Jakarta).

Namun masjid ini memiliki kharisma dan aura yang mendamaikan dan menyejukkan hati setiap yang masuk ke masjid Nurul Bahri ini, sesejuk dan sedamai yang terpancar dari wajah dan hati masyarakat yang mendiami Pulau Sabira ini.

Demikian masjid Nurul Bahri, masjid yang menjadi "cahaya laut" yang mengitari pulau kecil dan tidak luas, Pulau Sabira, pulau yang dihuni oleh orang-orang yang penuh kesabaran dalam menjalani kehidupan. Semoga Tuhan selalu bersama mereka yang sabar. "Innallaha ma'as shobirin." Sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar. Tabik. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun