Santri harus bisa, kalau tidak atau belum bisa, maka risikonya santri tersebut harus siap menerima setrap atau sanksi berdiri di sudut depan kelas, membawa buku teks, dan disuruh oleh gurunya untuk membaca ulang atau mempelajarinya kembali.
Nah, salah satu cerita fabel yang saya ingat berjudul "Singa dan Tikus" (al-Asadu wa al-Fa′ru).
Cerita Fabel: Singa dan Tikus
Singa, si raja hutan sedang tidur. Sontak tikus merayap di atas kepala singa. Singa terbangun. Sudah pasti ia marah pada tikus. Bahkan tikus nyaris dibunuhnya.
Tikus menangis sambil mengiba. Singa terenyuh dan merasa kasihan pada tikus. Singa berlalu dan meninggalkan tikus. Tikus yang bernasib baik dan beruntung.
Di lain waktu, singa teperangkap jaring yang sengaja dipasang oleh seorang pemburu untuk menjeratnya. Singa mengaum. Meronta-ronta untuk melepaskan dirimya dari jerat jaring.Â
Hatta, ia merasa kewalahan. Gagal untuk keluar dari jaring. Ia cuma bisa mengaum, seakan-akan ia mengiba pertolongan.
Saat itulah tikus yang beruntung dan bernasib baik itu mendengar auman singa. Segera ia beranjak untuk menolong singa.Â
Dengan giginya yang tajam, tikus gigih berusaha merobek jaring itu. Sampai ia bisa merobeknya. Akhirnya, singa lepas bebas dari jerat jaring itu.Â
Singa sangat berterima kasih atas pertolongan tikus. Ia merasa takjub, bahwa tikus, hewan sekecil itu bisa melakukannya.Â
 "Ternyata, kamu hebat tikus. Kamu bisa melakukan yang aku tidak bisa melakukannya. Padahal aku meremehkan dan memandangmu sebelah mata selama ini," kata singa.Â