Sampai-sampai saya mendengar langsung dari seorang janda akibat cerai khususnya, berseloroh, "Suami? Punya laki lagi? No way, ngeribetin aja," katanya dengan menggoyang-goyangkan jari telunjuknya sembari menggigit bibirnya yang sensual, sengaja menyembunyikan senyumnya yang menggoda.
Maaf, saya bukan sedang mengangkat-angkat seorang ibu, perempuan, atau menafikan peran ayah, atau laki-laki. Bukan.
Melainkan, saya sedang ingin bercerita tentang realitas sisi kehidupan yang lain, dan ada di sekitar kita: Janda beranak, wanita karier, dan seorang ibu yang kuat.
Alasan yang sering muncul bahwa perempuan itu lemah, adalah perempuan itu jelas membutuhkan laki-laki, istri itu tidak bisa mandiri tanpa suami, dan anak-anak membutuhkan sosok ayah dalam proses perkembangan dan pertumbuhan psikologis dan sosialnya.
Ya, itu benar dalam satu sisi. Tapi pada sisi lain, ketika dalam kondisi yang berbeda, realitasnya adalah janda beranak, orang tua tunggal, wanita karier, maka alasan-alasan itu sudah tidak relevan lagi.
Lebih-lebih, jika alasannya hanya berkisar pada soal-soal ranah domestik dalam kehidupan rumah tangga. Itu tidak begitu penting dan sekadar remeh-temeh dalam kehidupan seorang perempuan, orang tua tunggal, janda beranak, dan wanita karier.
Alasan paling utama yang berkisar pada ranah domestik, dan kerap diudar adalah urusan seks, dan jenis-jenis pekerjaan yang biasa dilakukan oleh suami atau laki-laki.
Sebut saja, misalnya, mengangkat galon air, mengganti keran yang rusak, nyetir mobil, dan seterusnya yang kira-kira dikatagorikan sebagai jenis-jenis pekerjaan yang hanya dilakukan oleh laki-laki.
Anda mungkin lupa, atau seolah-olah buta, dan sepertinya enggak melihat dengan mata kepala Anda sendri, bahwa jenis-jenis pekerjaan yang notabene diklaim sebagai pekerjaan laki-laki itu, ternyata semuanya bisa dilakukan oleh ibu-ibu atau perempuan kuat dan hebat tadi.
Jadi itu bukan masalah yang serius dan berat bagi seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dan wanita karier melakukan pekerjaan-pekerjaan itu.
Walaupun kemudian, ia tidak bisa melakukan sendiri, misalnya, tapi bagi mak-mak kuat, itu adalah sesuatu yang mudah, perkara kecil dan remeh. Tinggal panggil laki-laki, atau tukang bangunan saja, terus bayar atau kasih tip. Beres. Sesederhana itu.