Baca juga: Pantai Anyer Pasca Gunung Anak Krakatau "Murka"Â
Saya, pun anak-anak enggak pernah merasa bosan dengan pantai, pasir putih, ombak, karang, dan biru toska air laut. Justru ada ritual rindu dengan laut.Â
Jadi, ke pantai Anyer itu, saya sebenarnya pulang ke kampung halaman, tempat di mana saya dilahirkan, dan sekalian, anak-anak saya itu temu kangen dengan kakek dan neneknya (baca: Ayah dan Ibu saya).Â
Oleh karena itu, rasanya tidak afdal, ada yang hilang, dan kurang, ketika kebetulan pulang, kalau tidak ke laut. Laut adalah kehidupan yang unik, menarik, penuh misteri, indah memesona, dan sarat makna.
Bertaburan hotel, cottage, villa, penginapan (homestay), pantai terbuka, bermain jet ski, snorkeling, menyelam menikmati indahnya pemandangan bawah laut, terumbu karang, ikan-ikan kecil berwarna-warni, banana boat, dan sebagainya, termasuk wisata kuliner khas laut. Itu semua bisa dinikmati di kawasan wisata pantai Anyer.
Makanya, ada nasihat dari kiai saya saat nyantri dulu, terngiang-ngiang di telinga, dan meresap di relung hati saya, "Anak-anakku, hiduplah kalian di tengah masyarakat nanti seperti ikan yang hidup di laut. Kalian harus mampu melukis dan mewarnai hidup kalian. Jangan larut dan mau diwarnai. Kalian harus punya prinsip dalam hidup."
Lain lagi menurut Gede Prama, penulis dan motivator yang selalu menginspirasi dan luar biasa itu.
"Sebagai Ibu, laut adalah simbol cinta karena apa saja yang datang diolah penuh cinta. Sebagai Ayah, laut adalah wakil keikhlasan sempurna karena menerima apa saja tanpa keserakahan memilih."
Demikian mengutip quote Gede Prama dalam bukunya, "Simponi di dalam Diri: Mengolah Kemarahan Menjadi Keteduhan" (Gramedia, 2009, h. 135).