Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Subsidi Kuota Internet Sudah Cair, Sesuai Janjikah?

17 September 2020   16:11 Diperbarui: 17 September 2020   22:50 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Subsidi kuota internet ini ternyata bentuknya kartu perdana berisi 10 gigabita. Melalui salah satu perusahan layanan telekomunikasi, atau provider tertentu.

Jadi, sebenarnya, ngapain repot-repot mendata dan meminta nomor seluler kepada setiap siswa, jika akhirnya bentuknya berupa kartu perdana.

Kenapa hanya dikuasai oleh satu provider atau perusahaan telekomunikasi? Padahal setiap siswa berbeda-beda perusahaan telekomunikasinya dari nomor seluler yang mereka punya. Ada nomor si***ati, produk *ele*****l, atau nomor ***tari, produk **do**t, misalnya, dan sebangsanya itu.

Lantas, kenapa cuma dapat 10 gigabita setiap siswa? Bukankah informasi yang digembar-gemborkan adalah 35 gigabita per bulannya yang akan diterima setiap siswa? Apa hanya segitu doang, atau memang sengaja dengan cara dicicil dulu, dan sisanya nanti menyusul? Entahlah. Tolong Anda bantu jawab.

Kenapa begini melulu kalau bikin kebijakan, mau-mau enggak-enggak, kayak enggak serius. Dan bukankah Mas Menteri yang sekarang ini diangkat juga karena jago ITE? Ah, lieur! 

Pokoknya yang penting, merdeka belajar, atau (baru) belajar merdeka ya, sebagai kebijakan, dan sekaligus menjadi semacam slogan Mas Menteri itu. 

Belum lagi program yang ada kaitannya dengan program yang belum lama ini mau digulirkan. Program Organisasi Penggerak (POP) yang merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar. Belum apa-apa sudah bikin heboh dan resah penduduk antero negeri ini.

Sampai-sampai, Bang Fachry Ali, senior saya di IAIN Ciputat, tegas-tegas lewat statusnya di Facebook beberapa bulan yang lalu, tepatnya tanggal 22 Juli 2020, memerintahkan Mas Menteri untuk "belajar lagi sejarah (Indonesia)". Karena dianggap Mas Menteri itu enggak paham sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia.

Baik, saya kutip kembali pernyataan Bang Fachry Ali di Facebook itu. 

"Ketika keluar dari istana, sehabis dipanggil presiden terpilih, akhir 2019, calon menteri pendidikan yang masih muda belia itu berkata kepada wartawan: 'Saya tidak tahu masa lalu. Tapi saya tahu masa depan.' Lalu ia pulang naik ojek."

Fachry Ali melanjutkan, "Kini, Muhammadiyah dan NU keluar dari program 'Pendidikan Merdeka' karena Menteri Pendidikan memberikan dana hibah Rp20 miliar kepada masing-masing, Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation per tahun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun