Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

"Janda Bolong", Tanaman Hias yang Harganya Melampaui Seli Brompton dan Tarif Prostitusi Online

2 September 2020   18:05 Diperbarui: 2 September 2020   23:17 9933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya ada saja hikmah di balik wabah atau musibah. Seperti saat ini ketika wabah corona melanda negeri kita, Indonesia, ujug-ujug hobi bersepeda menjadi marak.

Hikmahnya sedikit banyak dirasakan oleh pedagang sepeda. Usahanya menjadi menggeliat. Dagangan sepedanya banyak diburu pembeli, laku keras, dan laris manis.

Sampai sepeda lipat (seli) bermerek Brompton, produksi London Inggris yang harganya selangit hingga mencapai Rp 50 jutaan itu menjadi tren dan viral.

Baca juga: Anggap Saja Brompton, Seli Jarang Disentuh Akhirnya Dipakai Lagi 

Usaha masker, hand sanitizer, jualan pulsa dan paket data menjadi peluang usaha yang lebih menjanjikan, dan sangat menguntungkan di saat pademi sekarang ini.

Yang lebih untung lagi, tentu saja perusahaan providernya. Karena banyak aktivitas warga mau tidak mau dilakukan secara daring (seperti, webinar, belajar daring, dan lain-lain dari aktivitas warga lewat komunikasi daring).

Sekarang ada satu lagi fenomena muncul di saat-saat pandemi. Apa itu? Adalah fenomena janda bolong.

Ini adalah nama populer dari tanaman hias yang punya nama Latin, Monstera adansonii variegata, dan baru-baru ini laku terjual seharga puluhan hingga ratusan juta rupiah, kisaran Rp 95 juta - Rp 100 juta. Wow!

Itu berarti bahwa harga janda bolong sudah melampaui dan mengalahkan harga sepeda lipat Brompton yang mencapai Rp 50 jutaan dan tarif penjaja jasa seks komersial lewat prostitusi online (paham sajalah, nganunya sih tetap offline ya), seorang VA senilai Rp 80 juta, yang saat itu sempat heboh, dan masuk ranah hukum.

Ilustrasi Sepeda Brompton (SHUTTERSTOCK.COM via kompas.com)
Ilustrasi Sepeda Brompton (SHUTTERSTOCK.COM via kompas.com)
Dulu ada fenomena yang sama pernah terjadi pada tanaman hias. Harganya yang fantastik dan sangat mahal untuk sebuah tanaman hias. Ingat dengan tanaman hias gelombang cinta (Anthurium plowmanii croat)?  

Tahun 2007 pernah heboh dengan tanaman hias gelombang cinta ini, karena pernah laku terjual dengan harga Rp 250 juta, bahkan ada yang sampai 1 miliar. Pencinta dan pengusaha tanaman hias saat itu berlomba-lomba pengin memiliki dan beramai-ramai giat membudidayakannya.

Fenomena seperti ini sering terjadi. Khususnya yang berkaitan dengan hobi. Tanaman hias, ikan hias, batu giok, bersepeda, main layangan, dan seterusnya. Namun, fenomena mencuatnya usaha-usaha berupa hobi-hobi itu hilang begitu saja seiring waktu berjalan. Biasa, musiman. 

Saya misalnya sampai sekarang masih pakai batu bacan, dan punya tanaman hias yang bernama gelombang cinta (Anthurium plowmanii croat). Buktinya, sekarang biasa-biasa saja itu.

Sebenarnya indah, tapi tidak ada harganya sama sekali dibanding awal-awal selagi naik daun dan booming saat itu.

Gelombang Cinta / dokpri
Gelombang Cinta / dokpri
Kali ini kembali fenomena itu terjadi. Tapi sekarang saatnya tanaman hias bernama unik, janda bolong yang sedang ngetop markotop, dan viral gegara ada fenomena lakunya janda bolong milik Mas Iwan di Bogor seharga Rp 95 Juta itu. 

Hebohlah dunia usaha tanaman hias. Orang-orang berlomba-lomba berburu, menjual, dan membudidayakan tanaman hias yang satu ini.

Janda bolong empat daun milik Mas Iwan di Bogor yang baru saja terjual Rp 95 juta. (Foto: istimewa via klikhijau.com)
Janda bolong empat daun milik Mas Iwan di Bogor yang baru saja terjual Rp 95 juta. (Foto: istimewa via klikhijau.com)
Mendengar frasa "janda bolong" nama lain dari tanaman hias Monstera adansonii variegata ini, yang kalau dicari-cari, konotasinya lebih pada pengertian agak merendahkan dan merisak janda-janda sekitar kita dan seantero negeri ini. Artinya, janda-janda itu bisa saja protes dengan penamaan tanaman hias ini.

Makanya, mudah-mudahan saja, frasa "janda bolong" ini tidak terdengar oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), sehingga nasibnya tak semalang dengan kata "anjay" yang dilarang penggunaannya, dan ditengarai ancaman pidana segala. 

Kasihan tukang tanaman hias dalam mengais rezeki di saat-saat susah pada era pandemi seperti ini. Karena mereka tampaknya akan tetap menyebut tanaman hias ini dengan janda bolong ketimbang bahasa Latinnya yang ribet pelafalannya di lidah. Dan kayaknya nama itu lebih punya nilai jual.

Janda bolong tentu saja berbeda dengan gelombang cinta. Jenis dan bentuknya lain. Kalau gelombang cinta, daunnya lebih besar, lebar, dan panjang-panjang ketimbang janda bolong.

Yang pasti, kenapa tanaman hias ini populer namanya dengan janda bolong, sangat memesona, dan harganya melambung. Karena memiliki daun yang bolong-bolong atau berlubang-lubang. 

Daunnya yang bolong atau berlubang itu bukan karena penyakit, digigit ulat, atau serangga/hama. Tapi bolongnya adalah otentik. Asli dari sononya memang sudah bolong. Bukan dibuat-buat.

Daun-daunnya tidak terlalu besar, dan memiliki kombinasi warna. Berwarna hijau, putih dan kuning. 

Bahkan, uniknya, konon, warna daun-daunnya ini bisa berubah-ubah, atau bermutasi warnanya tiap hari. Sekali waktu daun-daunnya bisa berwarna hijau semua, dan di lain waktu, bisa putih atau kuning semua. 

Ini benar atau tidak, perlu dibuktikan bagi yang sudah punya janda bolong. Tapi tidak seperti bunglon yang suka berubah-ubah warnanya. Itu jelas nama hewan, bukan tanaman hias ya.

Saya sudah punya gelombang cinta, melati, mawar, dan tanaman-tanaman hias lainnya. Janda bolong, belum. Sekarang, saya jadi tertarik pengin punya dan memelihara janda juga. Ya, janda bolong yang lagi ngetop, dan bikin penasaran itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun