Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pikobar, Hoaks, dan Lucunya Warganet

18 Juli 2020   15:13 Diperbarui: 18 Juli 2020   19:56 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar pesan berantai tentang tilang bagi warga yang tidak pakai masker di grup WA (dokpri)

Makanya, tercantum aplikasi PIKOBAR. PIKOBAR adalah singkatan dari Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat.

PIKOBAR ini adalah semacam nama lain, atau alias dari situs atau aplikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di pemerintah daerah provinsi Jawa Barat. Memuat segala hal, A - Z yang berkaitan dengan Covid-19.

Kang Emil (panggilan akrab Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat) memang mencanangkan program tilang di daerahnya bagi warga yang tidak memakai masker di khalayak umum.

Oleh karena itu, mulai 27 Juli 2020, warga tak pakai masker di Jabar didenda hingga Rp150,000,00. Proses tilang ini menggunakan e-tilang via aplikasi PIKOBAR itu. Dana dendanya akan dimasukkan ke kas pemerintah daerah provinsi Jawa Barat. Jadi, murni mulanya pasan ini berasal dari Gubernur Jawa Barat.

Rencana pemerintah daerah provinsi Jawa Barat umtuk melakukan tilang bagi warganya yang tidak memakai masker di khalayak umum, dan dikenakan denda berupa uang itu adalah salah satu ikhtiar untuk tidak tunda pelonggaran PSBB, terkait penyebaran pandemi ini. PSBB tampaknya tetap dilonggarkan dengan catatan tetap memperhatikan protokol kesehatan. 

Entah kenapa, dan apa tujuan pelaku pembuat pesan hoaks mengatasnamakan Gubernur DKI Jakarta, bahkan sebelumnya sempat viral juga dengan mengatasnamakan Gubernur Jawa Tengah, termasuk Jawa Timur, mengubah pesan awal dari Gubernur Jawa Barat ini. Mungkin sekadar iseng saja. Iseng tapi hoaks, bahaya juga.

Saya suka berpikir, kenapa sih warganet +62 ini senang sekali menciptakan hoaks, memproduksi informasi bohong, dan menyebarkannya ke ruang publik tanpa merasa bersalah, padahal sering membuat resah warganet yang lain.

Lantas, anehnya kok banyak yang langsung percaya, dan menjadi fannya. Saya agak malas menganggit contohnya yang lain, saking bejibunnya hoaks di media sosial kita.

Teliti sebelum membeli. Saring sebelum sharing. Sabar sebelum sebar. Jangan suka menuduh (apalagi) tanpa bukti. Merisak itu tidak baik. Dilarang memfitnah, karena fitnah lebih kejam daripada tidak memfitnah, dan seterusnya.

Itu semua adalah peringatan, dan pesan baik untuk kita camkan. Mari bersama terapkan gaya hidup sehat, jiwa dan raga. Terhindar dari virus, utamanya virus corona dan virus hoaks. Tabik. [ms]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun