Konsekuensinya, persepsi dan pemahaman manusia tentang Tuhan mengambil bentuk yang berbeda-beda sesuai kapasitas pemikiran dan pengetahuannya.
Tidak aneh jika paham keagamaan satu orang dengan yang lain tidak sama. Anak-anak dan orang dewasa, orang awam dan para teolog, masing-masing punya pemahaman dan persepsi yang berbeda-beda.
Tidak bisa dipaksakan sama. Perbedaan itu biasa dan alami. Berbeda dan beragam dalam beragama adalah sunatullah. Pluralisme beragama adalah realitas yang tak bisa dimungkiri.
Yang paling penting itu saling menghormati dan toleransi, baik intra maupun antar umat beragama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!