Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Membaca Teks Agama tentang Bersanggama

1 Juli 2020   14:58 Diperbarui: 1 Juli 2020   17:25 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Agama saya memang mengajarkan seperti itu. Kalau istri menolak keinginan suami untuk melakukan hubungan seksual (bersanggama), maka istri bisa dicap durhaka pada suami, dan dibilang bukan istri yang salihah (baik). Jadi, mau nggak mau, terpaksa saya harus manut sama suami" ujar perempuan paruh baya itu. 

Begitu pengakuan perempuan paruh baya, seorang istri--cerita dalam tulisan saya sebelumnya--yang merasa sudah illfeel, hilang rasa, dan sudah tidak ada lagi hasrat bersanggama dengan suaminya, karena satu, dan lain hal. 

Walaupun demikian, seorang istri tetap manut pada suaminya untuk bersanggama. Karena itu adalah sebuah kewajiban sebagai seorang istri, dan berdasarkan pada pemahamam terhadap teks (ajaran) agama (Islam) yang diyakininya.

Baca juga: Ketika Bercinta Hilang Rasa, Mengiakan Bermakna Menidakkan 

Pemahaman terhadap teks agama memang sering menjadi pembenaran atas suatu tindakan kekerasan, termasuk kekerasan dalam bersanggama (kekerasan seksual), dan tak terkecuali hubungan seksual antara suami istri. 

Dalam kondisi seperti ini, langit suci kerap terkoyak, dan agama sekadar menjadi kedok dalam melakukan kekerasan dan penyimpangan.

Kenapa? Karena hubungan seksual, termasuk antara suami istri pun, tidak selamanya dijamin bebas dan terhindar dari pemaksaan dan kekerasan seksual (kejahatan seksual). 

Ironisnya, salah satu alasannya--walaupun tentu bukan satu-satunya alasan--adalah merujuk pada pemahaman, atau tafsir atas teks (ajaran) agama (Islam) itu. Dan, sayangnya lagi itu bisa jadi salah kaprah.

Masalahnya, benarkah pemahaman atas teks agama (ajaran agama) yang kurang tepat--jika boleh dibilang adalah salah kaprah, atau gagal paham itu--bisa melahirkan kekerasan (khususnya kekerasan seksual)? 

Bukankah agama untuk kebaikan? Lantas, bagaimana pandangan atau konsep Islam tentang bersanggama ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun