Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah yang Selalu Ditunggu Jelang Ramadan: Anak Bulan dan Sidang Isbat

20 April 2020   14:18 Diperbarui: 21 April 2020   17:54 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal)--Bulan Sya'ban atau Ramadan--menjadi 30 hari". (Hadis diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Hadis di atas maksudnya, bahwa puasa Ramadan itu patokannya atau tolok ukurnya adalah melihat anak bulan (hilal). Begitu juga, lebaran atau hari raya idul fitri 1 Syawal sama, patokannya harus melihat anak bulan (hilal). 

Kemunculan anak bulan atau hilal adalah pertanda awal bulan dalam kalender Islam (tahun hijriah). Tahun hijriah ini perhitungannya berdasarkan pada peredaran bulan. Maka sering juga disebut sebagai tahun qamariyah. Hari-harinya dimulai dari sejak terbenamnya matahari.

Lantas, bagaimana jika anak bulan (hilal) tadi tidak kelihatan atau terhalang awan, atau masih berada di bawah ufuk atau kaki langit (yaitu di bawah dua derajat)? Maka genapkan atau sempurnakan (istikmal) bilangan hari dalam bulan Sya'ban untuk berpuasa Ramadan, dan bulan Ramadan untuk berlebaran atau hari raya idul fitri 1 Syawal, menjadi 30 (tiga puluh) hari.

Ramadan tahun ini tampaknya agak berbeda situasinya bagi umat Islam. Karena masih dalam keadaan kahar pandemi Covid-19.

kemenag.go.id
kemenag.go.id
Berbeda terutama dalam hal tidak boleh salat lima waktu berjemaah di masjid. Termasuk Salat Jumat sudah ditiadakan selama ini. Apalagi Salat Tarawih yang hukumnya sunnah muakkad, juga sudah pasti harus dilaksanakan di rumah masing-masing. 

Dengan demikian, otomatis masjid-masjid dan musala-musala bakal sepi, tidak sesemarak dan membeludak jemaahnya seperti Ramadan tahun yang lalu.

kemenag.go.id
kemenag.go.id
Akhirnya, benar juga ada yang bilang, sekarang beragama tanpa rumah ibadah. Selama ini agama dan rumah ibadah adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Salah satu simbol agama adalah rumah ibadah itu. Agama memang identik dengan rumah ibadah. Sekarang, fungsi rumah ibadah jeda sementara selama wabah corona ini.

Bagaimana pun situasinya, sekalipun masih dalam kahar pandemi sekarang ini, puasa di bulan Ramadan adalah wajib bagi setiap muslim, kecuali ada uzur (halangan) secara syari' (hukum Islam) boleh tidak berpuasa. Misalnya, karena lanjut usia, mensturasi, nifas (masa setelah melahirkan), sakit, orang dalam perjalanan (musafir), dan seterusnya.

Syarat yang paling utama untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadan adalah sudah masuk bulannya. Tolok ukur atau patokannya seperti dinyatakan di awal ditandai dengan munculmya bulan baru (new moon) yang menandai awal bulan hijriah. Atau sering ditandai dengan terlihatnya (munculnya) anak bulan (hilal).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun