Mohon tunggu...
Muis Sunarya
Muis Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksi Terpuji Susanna Indriyani, Pemilik Toko Sembako di Tengah Pandemi Covid-19

13 Maret 2020   08:33 Diperbarui: 13 Maret 2020   10:42 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susanna Indriyani (57) saat diwawancari awak media di tokonya. | kompas.com

Virus corona mewabah dan mendunia. Tak terkecuali, Indonesia pun positif terpapar virus corona. Makanya, WHO pun menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global. 

Fenomena penyebarannya massif. Lintas benua, dan lintas negara. Lebih dari 100 negara sudah terdampak Covid-19 ini. Dampaknya luar biasa dan begitu terasa dalam kehidupan sehari-hari. 

Baca juga: Semua Karena Corona, Perhelatan Formula E Pun Ditunda  

Panic buying, kelangkaan masker, dan ulah para pedagang memanfaat kesempatan dalam kesempitan demi meraup keuntungan dengan menahan dan menimbun barang dagangannya, termasuk masker, atau menjualnya dengan harga tinggi berlipat-lipat dari harga normal atau biasanya, adalah fenomena  efek domino dari pandemi virus corona ini.

Tapi di tengah virus corona dan dampak psikologisnya yang luar biasa, dan ketika para pedagang mengambil kesempatan demi keuntungan dengan menaikkan harga barang, ternyata masih ada orang yang punya hati nurani, dan baik hati melakukan aksi terpuji dan sangat menginspirasi banyak orang.

Adalah seorang Susanna Indriyani (57), pemilik toko sembako "Erwin" di Jalan K Teluk Gong Penjaringan Jakarta Utara, melakukan hal yang berbeda dan kebalikan dengan ulah para pedagang lain pada umumnya. Justru ia tidak menaikkan harga barang dagangannya, dan tetap menjual dengan harga normal.

Bahkan, ia menasihati pembeli untuk membeli barang secukupnya saja, dan tidak memborong berlebihan barang-barang kebutuhan pokok itu.

Alasannya bahwa ia tetap buka setiap saat saban hari, dan ia menegaskan, agar warga tidak perlu khawatir kehabisan persediaan barang. Dan ia memastikan untuk menjualnya sebagaimana biasa dengan harga normal. Ia tidak bakal ikut-ikutan menaikkan harga barang.

Ketika diwawancarai media, ia pun menegaskan bahwa ia tidak akan mengambil keuntungan dan memanfaatkan suasana yang sedang dilanda pandemi covid-19 ini. Ia tidak ingin menambah beban masyarakat dalam suasana seperti ini.

Ia pun mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan bersama mencegah virus corona, disertai sembahyang dan berdo'a menurut keyakinan masing-masing agar pandemi virus corona ini cepat berlalu dan kita semua selalu dalam lindungan Tuhan. Sikap yang sangat menenangkan dalam suasana panik warga.

Apa yang telah dilakukan Susanna Indriyani adalah berdasarkan ketulusan, cermin kebersihan hati nurani, kejernihan berpikir, rasa kepekaan sosial yang tinggi, empati, dan kepedulian terhadap sesama dalam menebar kebaikan.

Ia tentu melakukan itu semua bukan ingin kesohor, menjadi pahlawan, dipuji banyak orang, dan pamrih.

Wajar jika tidak sedikit warganet merespons dan mengapresiasi aksi kebaikan dan perbuatan terpuji Susanna Indriyani ini dengan mengatakan salut, dan bangga, ternyata di negeri ini masih ada orang baik seperti Susanna Indriyani ini.

Pelajaran moral yang bisa dipetik dari apa yang dilakukan Susanna Indriyani bahwa begitu pentingnya nilai kemanusiaan dan sekaligus nilai ketuhanan (spiritualitas) itu.

Pentingnya kesalehan individu dan kasalehan sosial. Empati dan kepedulian sosial tanpa memandang sekat-sekat primordialisme, dan tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, dan antargolongan. Semua sama atas dasar ketuhanan dan kemanusiaan.

Di situ ada pesan sosial profetik dan egalitarianisme. Bukankah begitu banyak narasi profetik yang menyatakan bahwa tidak beriman seseorang jika tidak mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri?

Bukankah tidak pantas lagi seseorang disebut manusia (bani Adam) jika tidak peduli dengan sesama?

Bukankah ada narasi profetik mengajarkan bahwa jika kita ingin "bertemu" dengan Tuhan kita, maka temuilah orang-orang yang merasakan kesusahan dan penderitaan?

Firman Tuhan dalam narasi profetik yang agak panjang, dengan gaya bahasa majas atau satire, mengatakan, "Aku pun lapar, Aku pun haus, dan Aku pun sakit."

"Tuhan, bagaimana mungkin Engkau bisa lapar, haus, dan sakit, sedangkan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Kuasa?"

"Tidakkah kamu lihat ada saudaramu yang merasakan kelaparan, kehausan, dan menderita sakit, kenapa kamu tidak menyambangi dan menemui mereka? Di tengah mereka itulah, kamu akan bertemu dengan Aku." (Hadis Qudsi)

Dalam narasi profetik yang lain, dinyatakan, "Tuhan akan selalu menolong hamba-Nya, selama hamba-Nya menolong saudaranya yang lain." (Hadis). 

Terima kasih Ibu Susanna Indriyani yang sudah menginspirasi dengan perbuatan terpuji dan keteladanan, ketika sebagian orang sudah mulai kehilangan rasa empati dan kemanusiaannya. Bangga dan terharu. Salam sejahtera. Tuhan selalu memberkahi Ibu Susanna Indriyani dan keluarga. Tabik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun